Sementara itu tidak jauh dari pantainya, kapal transportasi Jepang telah mulai menurunkan 5000 pasukan ke pantai berpasir yang dekat dari lapangan terbang Kota Bharu.
Di Malaya, saat itu sudah pukul 2 pagi pada 8 Desember, sejam sebelum serangan mengejutkan angkatan udara Jepang berkilometer jauhnya di sisi lain Samudra Pasifik, tepatnya di Pearl Harbor, Hawaii.
Nasib Gibbes seperti diceritakan sejarawan RAAF (Angkatan Udara Australia) Alan Stephens, ia kemudian mengambil jaket pelampung dan parasut, ia lalu menuju Hudson yang berbaris di sepanjang jalur rumput lapangan terbang.
Ia bertanya, "Ke mana arah laut?" yang jawabannya adalah menuju "kilatan".
Sesampainya di pesawat yang akan ia kendarai, ia menemukan tiga awak pesawatnya.
"Tidak ada yang pernah bertemu dengannya dan dia tidak mengenakan pangkat atau sayap pilot yang mungkin meyakinkan mereka tentang legitimasinya," tulis Stephens.
"Namun mereka diharapkan menyerahkan nyawa di tangannya, karena mereka terbang bersama untuk pertama kalinya dalam pertempuran. Ini adalah amatirisme dalam skala besar. "
Setelah sudah mengudara, Gibbes segera menemukan lokasi transportasi Jepang yang akan datang dan pada ketinggian tiang dan menuju ke tembakan anti-pesawat musuh yang berat, ia menjatuhkan empat bom seberat 250 pon.