Khas Digunakan untuk Perang Irak Inilah Bom 'Mother of Satan' yang Ternyata Juga Digunakan di Pemboman Makassar hingga Surabaya, Ternyata Ini Alasan Bom Ini Jadi Favorit Teroris

Khaerunisa

Penulis

'Mother of Satan' merupakan julukan untuk peledak berbahan baku triacetone tripexide (TATP). Banyak digunakan teroris, apa alasannya?

Intisari-Online.com - 'Mother of Satan' merupakan julukan untuk peledak berbahan baku triacetone tripexide (TATP), bom yang khas digunakan untuk Perang Irak.

Digunakan oleh ISIS dalam serangkaian serangan yang dilancarkannya di Irak dan Suriah, ternyata bom jenis ini juga digunakan dalam pengeboman di Makassar hingga Surabaya.

Bahan baku dari bom yang tampaknya menjadi andalan dalam serangan teroris tersebut adalah bahan kimia yang sangat mudah terbakar dan tergolong "high explosive" atau berdaya ledak tinggi.

'Mother Of Satan' itu digunakan karena volatilitas dan kapasitas untuk kerusakan ekstrem selama beberapa waktu, dikutip dari Ajc.com,

Baca Juga: Terkuak, Peran Lukman Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja Makassar Masih Kurang 'Penting' Dibanding Tiga Srikandi Panglima, Mengapa Makin Banyak Muncul Teroris Wanita?

Sementara mengutip Dailymail,'Mother of satan' yang ditemukan pada tahun 1895 oleh Richard Wolffenstein ini dibuat dari bubuk putih yang memiliki bau khas.

Bom ini juga mengandung nitrogen. Ia akan meledak jika terkena panas gesekan atau goncangan.

Namun, sifatnya yang tidak stabil itu sering membuatnya meledak sebelum digunakan.

Bahan kimia yang digunakan untuk membuat bom ini juga dijual bebas di beberapa negara, menjadikan orang-orang mudah mendapatkannya.

Baca Juga: HUT ke-59 Kopaska TNI AL: Terbentuknya Pasukan Khusus Indonesia Ini Berawal dari 'Ledakan di Dermaga Ujung Surabaya', Unjuk Kebolehan yang Membuat Bung Karno Terkagum-kagum

Kemampuan dan mudahnya akses untuk memiliki bom jenis tersebut tampaknya menjadi alasan 'Mother of Satan' jadi favorit para teroris.

Bahkan, baru-baru ini, ditangkap empat terduga teroris oleh Detasemen Khusus (Densus 88) Antiteror di dua tempat berbeda di Bekasi dan Condet, Jakarta Timur, yang menyebut bom dengan kode 'takjil'.

Kata sandi itu merujuk pada bom berdaya ledak tinggi, seperti yang diungkapkan Kapolda Metro Irjen Pol Fadil Imran di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, (29/3/2021).

"Mereka mengistilahkan (bom) dengan istilah takjil. Setelah dicampurkan akan menghasilkan bom dengan ledakan besar," ujar Fadil.

Baca Juga: Memang Kapal MV Ever Given Berhasil Dibebaskan dari Terusan Suez, Tapi Awak Kapalnya Bakal Mendapat Masalah Baru, Inilah Hukuman yang Menanti Kapten dan Kru Kapal Tersebut

Tim Densus 88 menemukan lima bom rakitan dari empat terduga teroris tersebut. Kelimanya memiliki bahan peledak yang cukup untuk membuat 70 bom pipa.

Empat terduga teroris inisial ZA (37), BS (43), AJ (46) dan HH (56) berperan mulai dari penyedia dana dan pembuat bom.

"Peran penting HH. Dia yang merencanakan bersama ZA. Hadir dalam pertemuan amaliah. Kemudian membiayai dan mengirimkan video teknis pembuatan kepada 3 tersangka lain," beber Fadil.

Adapun peran ZA adalah membeli bahan baku bom setelah menerima kucuran dana. Dia juga yang membuat bom bersama BS.

Baca Juga: Percaya Kutukan Firaun Menyebar, Serangkaian Bencana Termasuk Terjebaknya Kapal di Terusan Suez Diduga Akibat Kutukan Firaun, Hal Ini yang Jadi Pemicu Kutukan Itu

Sementara AJ membantu ZA selama pembuatan bahan peledak.

Fadil mengungkapkan, penangkapan keempat terduga pelaku merupakan buntut adanya ledakan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, di mana Polri meningkatkan kewaspadaan.

Pada Minggu pukul 10.20 Wita, pengeboman bunuh diri terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan.

Peristiwa tersebut mengakibatkan korban luka-luka mencapai 20 orang. Dan ditemukan dua jenazah di lokasi yang diduga merupakan dua pelaku bom bunuh diri.

Baca Juga: Waspada, Mentalitas dan Karier Pemain Sepakbola Bisa Jatuh Karena Star Syndrome, Begini Penjelasannya!

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait