Penulis
Intisari-online.com -China, tempat yang dianggap seluruh dunia sebagai negara lahirnya Covid-19, mampu dengan cepat mengembangkan vaksin.
Vaksin dari China diklaim China mampu melawan virus Corona.
Dalam perlombaan pandemi ini, sementara AS dan negara-negara Eropa kesulitan memvaksinasi populasi mereka sendiri, China merasakan kesempatan dan secara berjaya memulai mengirimkan vaksin lokal ke seluruh dunia.
Target pasar mereka sangat jelas: negara-negara miskin dengan pendapatan rendah dan menengah.
Beijing sering mengatakan mereka tidak menaruh kondisi politik apapun dalam pengiriman vaksin tersebut, meskipun sepertinya ada pamrih di balik pengiriman vaksin tersebut.
Melansir slate.com, Paraguay mengatakan baru-baru ini ditawari vaksin China setelah memutus hubungan dengan Taiwan.
Namun jauh melampaui etika diplomasi vaksin, ada satu pertanyaan yang perlu dipertanyakan tentang vaksin China: apakah memang manjur?
Pertanyaan ini terbilang sangat terlambat tapi memang perlu ditanyakan.
Sifat China yang tidak berkenan menceritakan segala sesuatu dengan utuh juga memperburuk diplomasi vaksin mereka sendiri.
Produsen besar vaksin menolak merilis data dalam pengujian fase klinis terakhir yang bisa jadi acuan yang lain menilai efikasi dan keamanannya.
Ada kemungkinan perusahaan vaksin China, mulai dari perusahaan negara Sinopharm sampai perusahaan swasta Sinovacc, tidaklah seperti yang diberitakan.
Akhir minggu kemarin, perdana menteri Pakistan, Imran Khan, positif mengidap Covid-19 padahal sudah menerima dua dosis pertama vaksin China.
Tentu saja ada penjelasan lain mengenai ini selain vaksin kurang manjur, seperti penjelasan kementerian kesehatan Pakistan yang menjelaskan Imran Khan sakit selama waktu persiapan sebelum vaksin mendorong imunitas untuk melindungi Khan.
Namun hal ini tetap saja kurang meyakinkan.
Uni Emirat Arab saat ini sedang menguji dosis ketiga dari vaksin Sinopharm setelah tidak ada hasil signifikan respon antibodi di beberapa kasus.
Hasil pengujian di negara berkembang lain telah bercampur, yang membuat kepercayaan publik atas vaksin China menurun.
"Pembuat vaksin biasanya merilis rincian pengujian klinis Fase 3 mereka di jurnal yang ditinjau sejawat.
"Pfizer-BioNTech dan Moderna telah mempublikasikan milik mereka di New England Journal of Medicine Desember kemarin," tulis The Washington Post.
"Sinopharm dan Sinovac telah melaporkan secara mandiri hasil-hasil kunci, tapi mereka belum mempublikasikan data menyeluruh dalam jurnal, yang memerlukan pemeriksaan oleh pakar pihak ketiga."
Meski begitu tetap saja, pemerintah China mengatakan lebih dari 60 negara telah menyetujui setidaknya satu vaksin virus Corona dari China.
Beijing telah cerdik mengenai cara mereka merilis datanya, meskipun tidak jelas mengapa mereka melakukannya, kecuali alasan yang sudah cukup jelas.
"Takut dipermalukan, pembuat vaksin China memilih memilah data daripada mempublikasi seluruh datanya," tulis laporan di Foregin Affairs.
Tampaknya sudah terlambat untuk menghentikan vaksin China.
Serta, mengingat sejarah peraturan China yang kurang tenar mengenai hampir semua hal, menerima jaminan vaksin Beijing adalah sebuah lompatan kepercayaan yang cukup besar.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini