Ditakuti Negara Maju Namun Diidamkan Negara Miskin, 'Diplomasi Vaksin' yang Jadi Senjata Terbaik China Kuasai Dunia Malah di Ambang Kegagalan, Terbentur oleh Watak Mereka Sendiri

Maymunah Nasution

Penulis

Ilustrasi pengiriman vaksin Covid-19 dari China, diplomasi vaksin China disebut pakar akan gagal karena sifat alami China ini, senjata makan tuan!

Intisari-online.com -China, tempat yang dianggap seluruh dunia sebagai negara lahirnya Covid-19, mampu dengan cepat mengembangkan vaksin.

Vaksin dari China diklaim China mampu melawan virus Corona.

Dalam perlombaan pandemi ini, sementara AS dan negara-negara Eropa kesulitan memvaksinasi populasi mereka sendiri, China merasakan kesempatan dan secara berjaya memulai mengirimkan vaksin lokal ke seluruh dunia.

Target pasar mereka sangat jelas: negara-negara miskin dengan pendapatan rendah dan menengah.

Baca Juga: Filipina Meradang, Menyesal Menerima Vaksin Gratis dari China Setelah Dikepung Habis-habisan oleh China, 'Apakah Kita Menukar Kedaulatan Negara dengan Vaksin Covid-19?'

Beijing sering mengatakan mereka tidak menaruh kondisi politik apapun dalam pengiriman vaksin tersebut, meskipun sepertinya ada pamrih di balik pengiriman vaksin tersebut.

Melansir slate.com, Paraguay mengatakan baru-baru ini ditawari vaksin China setelah memutus hubungan dengan Taiwan.

Namun jauh melampaui etika diplomasi vaksin, ada satu pertanyaan yang perlu dipertanyakan tentang vaksin China: apakah memang manjur?

Pertanyaan ini terbilang sangat terlambat tapi memang perlu ditanyakan.

Baca Juga: Dibanderol Sampai 15 Juta Rupiah Per Dosis, Inilah Perdagangan Gelap Vaksin Covid-19 di Internet Mulai dari AstraZeneca Sampai Johnson & Johnson, Sertifikatnya pun Tidak Lupa Dijual

Sifat China yang tidak berkenan menceritakan segala sesuatu dengan utuh juga memperburuk diplomasi vaksin mereka sendiri.

Produsen besar vaksin menolak merilis data dalam pengujian fase klinis terakhir yang bisa jadi acuan yang lain menilai efikasi dan keamanannya.

Ada kemungkinan perusahaan vaksin China, mulai dari perusahaan negara Sinopharm sampai perusahaan swasta Sinovacc, tidaklah seperti yang diberitakan.

Akhir minggu kemarin, perdana menteri Pakistan, Imran Khan, positif mengidap Covid-19 padahal sudah menerima dua dosis pertama vaksin China.

Baca Juga: Tak Perlu Vaksin-Vaksinan, Peneliti Sampai Keheranan Pria Ini Ternyata Memiliki Darah yang Kebal dari Covid-19, Meski Darahnya Diencerkan 10.000 Kali, Ternyata Inilah Penyebabnya!

Tentu saja ada penjelasan lain mengenai ini selain vaksin kurang manjur, seperti penjelasan kementerian kesehatan Pakistan yang menjelaskan Imran Khan sakit selama waktu persiapan sebelum vaksin mendorong imunitas untuk melindungi Khan.

Namun hal ini tetap saja kurang meyakinkan.

Uni Emirat Arab saat ini sedang menguji dosis ketiga dari vaksin Sinopharm setelah tidak ada hasil signifikan respon antibodi di beberapa kasus.

Hasil pengujian di negara berkembang lain telah bercampur, yang membuat kepercayaan publik atas vaksin China menurun.

Baca Juga: Digadang-gadang Jadi 'Pemusnah Pandemi' Vaksin yang Sampai Diborong Negara-negara Eropa Ini Malah Kini Hampir Ditolak Seluruh Dunia, Nyawa Manusia pun Jadi Taruhannya

"Pembuat vaksin biasanya merilis rincian pengujian klinis Fase 3 mereka di jurnal yang ditinjau sejawat.

"Pfizer-BioNTech dan Moderna telah mempublikasikan milik mereka di New England Journal of Medicine Desember kemarin," tulis The Washington Post.

"Sinopharm dan Sinovac telah melaporkan secara mandiri hasil-hasil kunci, tapi mereka belum mempublikasikan data menyeluruh dalam jurnal, yang memerlukan pemeriksaan oleh pakar pihak ketiga."

Meski begitu tetap saja, pemerintah China mengatakan lebih dari 60 negara telah menyetujui setidaknya satu vaksin virus Corona dari China.

Baca Juga: Benarkah Vaksin Akan Membebaskan Kita dari Pandemi Covid-19? Terungkap Beginilah Situasi Negara Pertama di Dunia yang Sudah Vaksinasi Nyaris Semua Penduduknya

Beijing telah cerdik mengenai cara mereka merilis datanya, meskipun tidak jelas mengapa mereka melakukannya, kecuali alasan yang sudah cukup jelas.

"Takut dipermalukan, pembuat vaksin China memilih memilah data daripada mempublikasi seluruh datanya," tulis laporan di Foregin Affairs.

Tampaknya sudah terlambat untuk menghentikan vaksin China.

Serta, mengingat sejarah peraturan China yang kurang tenar mengenai hampir semua hal, menerima jaminan vaksin Beijing adalah sebuah lompatan kepercayaan yang cukup besar.

Baca Juga: Baru Seminggu Masuk ke Indonesia, Tapi Justru Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol Hentikan Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca, Ada Apa Gerangan?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait