Find Us On Social Media :

Mengaku Jadi Teman Dekat Sejak Indonesia Merdeka, Terkuak Inilah Gelontoram Senjata Militer dari Rusia ke Indonesia Sejak 1992-2018, Nilainya Mencapai Rp35 Triliun

By Afif Khoirul M, Selasa, 16 Maret 2021 | 14:32 WIB

Kapal selam Rusia

Intisari-online.com - Rusia memang sudah dekat dengan Indonesia pada masa presiden Soekarno.

Namun, meski waktu berlalu ternyata Rusia masih menjadikan Indonesia sebagai kawan lamanya,.

Pada Tahun 2013 Rusia pernah menyebut Indonesia sebagai sekutunya dan juga mitra strategisnya.

Hal itu diutarakan oleh Dubes Rusia untuk Indonesia, Mikhail Yurievich Galuzin.

Baca Juga: Pantas Rusia Percaya Diri Sebut Rudal Patriot Amerika Kurang Mumpuni, Rupanya Ini Kehebatan Rudal S-400 Rusia yang Diincar Banyak Negara

Sementara itu, hubungan dalam bidang militer antara Indonesia dan Rusia telah berlangsung dalam waktu yang sangat lama.

Banyak pembelian senjata strategis dari Rusia yang bahkan tidak terpublikasi atau minim diketahui banyak orang.

Sementara itu sebuah situs berita TASS menghitung jumlah senjata yang dibeli Indonesia dari Rusia selama 25 tahun.

Antara tahun 1992 hingga 2018, setidaknya Indonesia telah menggelontorkan dana sebanyak Rp35 triliun untuk membeli senjata dari Rusia.

Baca Juga: Bagai Memanfaatkan Kesempatan dalam Kesempitan, Rusia Malah Tawarkan Sistem Rudal Mereka ke Arab Saudi, Sesumbar Bisa Jadi Perlawanan untuk Drone

Situs tersebut menghitung, Rusia telah mengirimkan senjata senilai 2,5 miliar dollar AS ke Indonesia selama 25 tahun terakhir.

"Secara keseluruhan, pengiriman produk militer ke Indonesia telah mencapai lebih dari $ 2,5 miliar sejak November 1992," kata kantor pers mengutip CEO Rosoboronexport Alexander Mikheyev

"Selama periode ini, Rusia telah mengirimkan pengangkut personel lapis baja BTR-80A dan kendaraan tempur infanteri BMP-3F, senapan serbu Kalashnikov seri ke-100, Su-27SK, dan Su-27SKM, Su-30MK dan Su-30MK2, helikopter Mi-35 dan Mi-17, dan juga sistem senjata dan perangkat keras militer lainnya," katanya.

Tahun 2018 menandai 60 tahun sejak pengiriman senjata pertama Soviet ke Indonesia.

Pada tahun 1958 Uni Soviet mengirimkan 100 kendaraan militer lintas negara GAZ-69 ke Indonesia, tambahnya.

Sebelumnya tahun itu Jakarta pernah ingin membeli 10 pesawat tempur multiperan Su-35 untuk menggantikan pesawat F-5 Tiger milik AS yang sudah ketinggalan zaman.

Baca Juga: Dulu Ketar-Ketir dengan Kekuatan China, Kini Eropa Justru Waspada dengan Rusia Karena Dianggap Paling Potensial Hancukan Eropa Melalui Skenario Ini

Pesawat itu telah beroperasi di Angkatan Darat Indonesia sejak 1980.

Lalu perusahaan teknologi tinggi Rusia, Rostec, melaporkan bahwa Indonesia telah menerima penawaran komersial untuk 11 pesawat Su-35.

Su-35 adalah jet tempur multiguna generasi 4 ++ super-manuver buatan Rusia yang dilengkapi dengan radar array bertahap dan pendorong yang dapat dikemudikan.

Ia dapat mengembangkan kecepatan hingga 2.500 kilometer per jam dan memiliki jangkauan terbang 3.400 kilometer dan radius tempur mendekati 1.600 kilometer.

Jet tempur dipersenjatai dengan senjata 30mm dan memiliki 12 cantelan untuk membawa bom dan rudal.

Konon kabarnya pesawat itu berhasil diboyong Indonesia pada Agustus tahun 2020.

Sementara itu hubungan dekat Indonesia diketahui sejak abad ke-19 ketika Rusia melakukan ekspedisi laut.

Baca Juga: Bukan Amerika Apalagi China, Pakar Justru Ungkap Rusia Adalah Kandidat Terkuat Pemenang Perang Jika Perang Dunia III Terjadi, Ini Alasannya!

Diplomat top Rusia mencatat bahwa orang Rusia pertama kali mengetahui tentang Indonesia pada abad ke-19 ketika ekspedisi laut Rusia mulai mengunjungi pulau-pulau di kepulauan itu.

Konsulat reguler Rusia pertama dibuka di Batavia pada tahun 1894.

Setelah Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1945, bekas Uni Soviet menawarkan dukungan dan bantuan menyeluruh kepada negara muda tersebut.

"Berkat upaya negara kita, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui kedaulatan Indonesia atas sebagian besar wilayah Hindia Belanda pada 27 Desember 1949," katanya.

"Pada 25 Januari dan 3 Februari 1950, para menteri luar negeri bertukar telegram tentang pembentukan hubungan diplomatik," Lavrov mengenang.