Dilabeli Punya Angkatan Laut Terkuat di Bumi, Nyatanya China Masih Kalah Telak Dalam Hal Ini dari Angkatan Laut AS, China Sampai Dekati Israel Untuk Memaksanya Terima Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Latihan Militer China, PLA Navy Kerahkan Kapal Pendarat Amfibi dan Serangan Marinir

Intisari-online.com - China telah menjelma menjadimiliter dengan angkatan laut paling kuat di dunia.

Upaya ini telah dilakukan presiden China Xi Jinping sejak 2015, memulai upaya modernisasi militernya sejak saat itu.

Beijing jor-joran belanjakan uangnya untuk penelitian dan pengembangan peralatan militer barunya.

Angkatan laut China pun kini dilabeli sebagai angkatan laut terkuat di dunia, bahkan Amerika mengakuinya.

Baca Juga: Pertempuran di Depan Mata, Orang Terkuat ke-2 di China Setelah Xi Jinping Jelaskan Skenario Terburuk Jika ChinaGempur Amerika, Gunakan Cara Keji Ini

Menurut laporan tahunan Departemen Pertahanan AS 2020, tentang kekuatan militer China, Beijing telah melampaui Washington dalam hal angkatan laut.

"China memiliki angkatan laut terbesar di dunia dengan 350 kapal dan kapal selam, Jumlah angkatan laut AS adalah 293 pada 2020," kata laporan Departeman Pertahanan AS.

Menurut 24h.com.vn, Senin (15/3/21) Para pengamat mengatakan China telah berambisi untuk melakukan perluasan angkatan lautnya.

Termasuk dengan melakukan pembangunan infrastruktur di luar negeri, tetapi China masih punya kendala yang membuatnya kalah dari AS.

Baca Juga: China Koar-koar Siap Tempur Lawan Perangkap Thucydides, Amerika Harus Cepat-cepat Tambah Kekuatan Militernya

AS mempertahankan hampir 800 pangkalan militer di lebih dari 70 negara dan wilayah di seluruh dunia.

Sementara China hanya memiliki satu pangkalan militer di Djibouti.

Dua bulan sebelum pangkalan militer China mulai beroperasi di Djibouti pada Agustus 2017.

Penasihat militer China terkemuka Jin Yinan mendesak Beijing untuk membangun lebih banyak pangkalan di luar negeri untuk melindungi kepentingan maritim terpencil negara itu.

"Sebelumnya, kami mengatakan kami tidak akan pernah membangun pangkalan militer di luar negeri, tetapi sekarang di Djibouti. Mengapa demikian? Apakah China mengikuti Amerika dengan ambisi hegemoni. Tidak, kami melakukan ini untuk melindungi kepentingan maritim luar negeri China," kata Jin.

Di masa lalu, angkatan laut AS masih memiliki keunggulan jumlah dibandingkan China.

Tetapi investasi besar baru-baru ini telah membantu Beijing menutup kesenjangan antara kedua belah pihak.

Kantor Intelijen Angkatan Laut AS memperkirakan kekuatan tempur PLAN secara keseluruhan akan memiliki sekitar 425 kapal dan kapal selam pada tahun 2030.

Timothy Heath, analis keamanan senior di Rand Consulting (AS), mengatakan bahwa China membutuhkan pangkalan militer di luar negeri untuk melindungi kepentingan besarnya.

"Kurangnya pangkalan di luar negeri menjadi masalah bagi China karena Beijing terlalu bergantung pada pasar, sumber daya alam di daerah terpencil seperti Timur Tengah, Afrika, dan Amerika," kata Health.

Baca Juga: Dulu Ketar-Ketir dengan Kekuatan China, Kini Eropa Justru Waspada dengan Rusia Karena Dianggap Paling Potensial Hancukan Eropa Melalui Skenario Ini

"Proyek di bawah inisiatif 'Belt Road' juga rentan terhadap kerusakan. dan gangguan, yang berdampak besar pada ekonomi China serta dunia," kata Heath.

Menurut analis Rand itu, militer China telah mengembangkan kekuatan yang kuat tetapi tidak dapat menunjukkan kekuatannya karena kurangnya pangkalan militer di luar negeri.

"Alasan mengapa Beijing kekurangan pangkalan di luar negeri adalah karena kesepakatan yang berbasis di luar negeri sering kali membutuhkan komitmen koalisi, yang sering kali enggan dilakukan oleh China," kata Heath.

"China tidak harus mengikuti model Amerika, tetapi dapat menggunakan bentuk lain seperti perjanjian akses, membangun fasilitas logistik," tambahnya.

Heath berharap China akan bergerak menuju perjanjian akses.

"Meningkatkan akses ke kapal angkatan laut yang diizinkan untuk berhenti dan mengisi bahan bakar akan sangat membantu jika diizinkan di lebih dari satu tempat," katanya.

"Ini mungkin juga merupakan bentuk pendekatan militer yang paling umum dilakukan Beijing. Dapat dilakukan," kata Heath.

Malcolm Davis, analis senior di Institut Kebijakan Strategis Australia, sependapat dengan prediksi Heath.

"Mengenai pangkalan militer di luar negeri, saya pikir mereka adalah target yang tidak perlu dipersoalkan. China bertujuan untuk ini melalui inisiati Belt and Road-nya," katanya.

China sebenarnya telah mengakuisisi sejumlah pelabuhan di seluruh dunia, sebuah langkah yang mengkhawatirkan banyak negara.

Baca Juga: Bukan AS, Nyatanya Kunci Perdamaian di Laut China Selatan Adalah Indonesia Sendiri, China Jangan Harap Bisa Selamat Jika Berani Usik Laut Natuna

Perusahaan China Cosco mulai mengoperasikan pelabuhan di Piraeus di Yunani, pada tahun 2008.

Beijing kemudian juga memiliki pijakan di tiga pelabuhan terbesar di Eropa, termasuk Euromax (Belanda), Antwerp (Belgia) dan Hamburg (Jerman).

Di Israel, China sedang membangun dua pelabuhan baru di Haifa dan Ashdod.

Cendekiawan lokal mendesak pemerintah Israel untuk mempertimbangkan mengizinkan China untuk berpartisipasi dalam kerja sama ekonomi sambil memastikan kepentingan keamanan Israel.

Beijing juga telah menyewa pelabuhan Hambantota di Sri Lanka.

Di Australia, pelabuhan di kota Darwin telah disewa oleh konglomerat China Landbridge sejak 2015 dengan kontrak 99 tahun yang kontroversial.

Australia baru-baru ini harus memperketat regulasi tentang investasi asing setelah insiden tersebut.

"Australia sangat prihatin tentang langkah China untuk menggunakan inisiatif 'Belt Road' sebagai cara untuk mengakses pangkalan militer dan bandara," kata Davis.

Artikel Terkait