Penulis
Intisari-online.com - Persaingan di Laut China Selatan memang makin memanas, dari waktu ke waktu banyak negara kuat datang.
Hal ini membuat China semakin kepanasan, karena tahun 2021 ini banyak negara-negara besar kirimkan kapal perangnya.
Misalnya Prancis, Inggris, hingga Jerman, sempat mengirimkan beberapa kapal perang mereka ke wilayah laut sengketa itu.
Sementara itu, Amerika juga terus memberikan tekanan ke China dan sudah berlangsung lama.
Namun, tak hanya Amerika kini Prancis pun ikut-ikutan melakukan provokasi ke China dan berhasil membuat negeri panda itu naik darah.
Menurut SCS News, Sabtu (13/3/21), kapal perang Prancis, yang melakukan perjalanan ke Laut China Selatan mengirimkan pesan ke China.
Dia mengatakan, bahwa Prancis menegaskan dukungan untuk kebebasan navigasi di wilayah tersebut.
Seolah mengusik peran China di Laut China Selatan, China pun marah besar pada Prancis.
Profesor Mark J. Valencia, yang bekerja untuk Institut Riset Nasional China di Laut China Selatan, baru-baru ini membuat pernyataan di South China Morning Post (SCMP).
Bahwa Prancis "bermain api" ketika membuat marah China di Laut China Selatan.
J. Valencia adalah salah satu sarjana Amerika langka yang secara teratur memberikan komentar mendukung China.
Diamengatakan bahwa Prancis mempromosikan kebebasan navigasi di Laut China Selatan, mengirimkan kapal perang melalui Laut China Selatan mendukung strategi AS di wilayah tersebut.
Strategi patroli navigasi bebas AS di Laut China Selatan dimaksudkan untuk menantang klaim irasional China di Laut China Selatan.
AS menentang tindakan "penindasan dan pemaksaan" dari negara-negara tetangga China.
J.Valencia menyebutkan bahwa angkatan laut Prancis pada Februari 2021 mengirim kapal amfibi untuk menyerang Tonnerre dan fregat Surcouf dari pelabuhan Toulon, Prancis selatan ke Pasifik.
Kelompok itu akan memasuki Laut China Selatan dua kali dan berpartisipasi dalam latihan bersama dengan AS dan Jepang pada Mei 2121.
"Tindakan Prancis akan menghadapi kemarahan ekonomi, politik, dan mungkin militer China. Prancis sedang bermain api, kata J.Valencia.
Menurut profesor Amerika itu, China sangat prihatin dengan patroli bebas laut seperti yang dilakukan Amerika Serikat, dibandingkan dengan kapal asing normal yang melakukan perjalanan melalui Laut China Selatan.
"Prancis harus berhati-hati dan mengklarifikasi tujuannya untuk mendukung AS atau hanya bergerak normal melalui Laut China Selatan," kata J.Valencia.
Menurut para ahli Amerika, Jerman adalah negara setelah Prancis mengumumkan akan mengirim kapal perang melalui Laut Cina Selatan.
Tetapi kapal perang Jerman tidak akan memasuki zona 12 mil laut di sekitar entitas China yang diduduki secara ilegal di Laut China Selatan.
Terakhir, Profesor J. Valencia menyimpulkan, Prancis harus mempertimbangkan dengan cermat sebelum mengambil tindakan untuk membuat marah China, demi kepentingan kedua belah pihak.