Tak Malu Walau Jadi Orang Nomor 1 di Indonesia, Justru Bung Karno Pernah Ngutang pada Sopir Taksi hingga Pakai Pakaian yang Sudah Pernah Sobek

Mentari DP

Penulis

Presiden Soekarno.

Intisari-Online.com - Soekarno. Namanya begitu penting bagi sejarah Indonesia.

Dialah Presiden Pertama Indonesia dan mendapat julukan Bapak Proklamator.

Sebagai salah satu tokoh besar, tindakan Bung Karno, sapaan akrabnya, sering menjadi perhatian.

Baca Juga: Takut Negaranya Jatuh Dalam Cengkeraman Korea Utara, Militer Korea Selatan Rela Jor-joran Gelontorkan Uang SebanyakIni Untuk Bayar Pasukan Amerika, 'Sampai 5 Kali Lipat!'

Ini karena, sebagai manusia biasa Bung Karno memiliki banyak kisah-kisah sepele khas rakyat kecil yang justru akan menyempurnakan hidupnya ketika menjadi orang besar.

Beberapa di antaranya adalahngutangpada seorang sopir taksi danmemakai pakaian yang sudah pernah robek.

Banyak yang tidak tahu Pak Arif yang menjadi sopir pribadi Bung Karno dulunya adalah seorang sopir taksi di Jakarta.

Arif dikenal Bung Karno jauh sebelum Indonesia merdeka.

Yakni ketika Bung Karno masih tinggal di Bandung dan aktif sebagai tokoh PNI yang berjuang untuk kemerdekaan.

Hampir setiap minggu Bung Karno ke Jakarta naik KA untuk menemui M. Husni Thamrin, tokoh pejuang Betawi yang tinggal di Jl. Kenari.

Biasanya setiba di stasiun Gambir, Bung Karno langsung mencari taksi langganannya, yang disopiri Pak Arif.

Baca Juga: Iran Terendus Ciptakan Senjata Pemusnah Massal, Jet Tempur F-15 IsraelBersatu dengan Pesawat PembomB-52 Amerika, Bisa Menyulut Kiamat Jika Digunakan!

Sampai di Jl. Kenari Pak Arif menunggu pembicaraan Bung Karno dan Husni Thamrin selesai, kemudian mengantarnya kembali ke stasiun Gambir.

“Rif, hari ini aku tidak punya duit. Tapi kamu siap mengantarku ke tempat biasa?” Bung Karno berterus terang.

“Tidak apa-apa Pak,” jawab Arif meski hari itu ia belum mendapat pemasukan.

“Jangan kawatir Rif. Nanti kalau penjajah sudah kita usir… aku akan melunasinya. Mobilmu ini akan aku ganti.” Arif hanya mengangguk angguk.

Hal demikian itu sudah berkali kali terjadi, sampai suatu hari Bung Karno tidak punya uang untuk bayar ongkos taksi.

Tapi karena sudah biasa, Pak Arif tidak keberatan Bung Karno kembali berutang.

Suatu hari menjelang proklamasi kemerdekaan RI, Bung Karno datang lagi ke Jakarta dan ketika akan membayar ongkos taksi ia memberikan uang kepada Arif yang jumlahnya jauh lebih besar, sampai Arif terheran-heran.

“Ini pembayaran utang-utangku padamu selama ini.”

Setelah Bung Karno dipilih menjadi presiden, Pak Arif diangkat sebagai sopir pribadi, sampai 20 tahun lamanya.

Akhirnya setelah pensiun, Bung Karno memberi hadiah Arif ongkos naik haji.

Bung Karno dikenal selalu tampil rapi dalam berpakaian, oleh karena itu mau tak mau semua menteri, staf, dan pengawalnya harus berpenampilan rapi juga.

Sudah biasa, beliau sendiri yang memperbaiki letak dasi atau kerah kemeja pengawal atau wartawan yang bertugas di istana.

Baca Juga: Dikenal Sangat Karismatik, Ternyata Soekarno Pernah Beberapa Kali Pinjam Uang Meski Sudah Jadi Presiden, 'Aku Butuh Duit'

Meski demikian, jika ada pakaiannya yang robek, Bung Karno minta dijahit lagi, tidak disisihkan.

Orang tidak tahu, terkadang Bung Karno memakai pakaian yang sudah pernah robek.

Apalagi jika pakaian itu sangat disukainya, maka tidak peduli sudah dijahit berapa kali pun tetap dipakai.

Demikian juga sandalnya. Kalau putus ya dijahit kembali, tidak perlu beli yang baru.

Pagi itu ketika Bung Karno selesai jogging di luar istana, Mentranskop Achadi yang diundang untuk sarapan bersama Menpen Achmadi.

Lalu dia melihat celana panjang komprang yang dipakai Bung Karno bagian belakangnya robek karena benangnya lepas.

Achadi yang dikenal “berani” pada Bung Karno, lalu memberitahukan tentang sobeknya celana tersebut.

“Wah, untung kamu yang melihatnya Di. Kalau yang melihatnya artis film, bisaberabe," kata Bung Karno sambil tertawa lepas.

Suasana sarapan pagi itu jadi meriah.

(Djati Surendro/Intisari)

Baca Juga: Kisah Haji Johannes Cornelis Prince, Desertir Belanda Peraih Bintang Gerilya yang Pernah Dipenjara oleh Nazi, Soekarno, dan Juga Soeharto

Artikel Terkait