Tidak ada yang dimintai pertanggungjawaban atas pembantaian jurnalis tersebut.
Susan mengatakan bahwa sampai hari ini, dokumen yang relevan ditolak untuk dibuka pada publik Australia, mengabaikan aturan tiga puluh tahun deklasifikasi dokumen yang biasanya.
Penolakan tersebut menurutnya menyembunyikan sejauh mana sebenarnya pengetahuan Australia tentang invasi tersebut, dan menghindari menyinggung Indonesia karena takut akan dampak ekonomi atau politik.
Tindakan penolakan tersebut dibuat atas dasar melindungi "keamanan nasional".
Meski begitu, warga Australia dan tetangga regional dengan jelas melihat bagaimana pemerintah yang tidak dapat dipercaya dalam kekejaman Balibo Five dan keterlibatannya dengan pendudukan Timor Timur.
Bahkan, mereka melihat taktik pengganggu terhadap yang lemah, kemudian pemerintah Australia berani untuk memata-matai negara baru Timor-Leste yang miskin pada tahun 2004.
Aktivitas mata-mata tersebut dilakukan untuk kepentingan perusahaan sumber daya di Laut Timor, tempat di mana terdapat ladang minyak dan gas melimpah.
Bahkan, penipuan itu diperparah dengan penuntutan saat ini terhadap orang-orang yang mengungkap kebenaran tentang hal itu, yaitu mantan perwira intelijen Australia, Saksi K dan pengacaranya, Bernard Collaery.