Find Us On Social Media :

'Balut Tubuh Kami dengan Selimut, Lalu Bakar di Taman', Perintah Rinci dan Rumit Hitler untuk Jasadnya Sesaat Sebelum Mengakhiri Hidupnya Sendiri

By Ade S, Selasa, 2 Maret 2021 | 18:54 WIB

Adolf Hitler dan Eva Braun

 

Intisari-Online.com - Jelang kematiannya, Adolf Hitler ternyata telah memberikan perintah yang sangat rinci nan rumit.

Perintah yang diberikan kepada Heinz Linge, pelayan pribadinya tersebut, berisi hal-hal yang harus dilakukan pada jasad Hitler dan kekasihnya Eva Braun kelak setelah dirinya mati.

Perintah yang harus membawa pelayan dan para loyalis Hitler harus berada di bawah berondongan senjata pasukan Rusia.

Berikut ini kisahnya seperti dituturkan oleh Linge.

Baca Juga: Bak Harimau Kehilangan Taring, Reaksi Hitler saat 'Diseret' untuk Rayakan Ulang Tahun Terakhirnya Benar-benar Mengerikan

Hari pukul 3 sore (30 Aoril 1945). Saya pamit dalam sikap resmi untuk terakhir kali. Dengan suara tenang, seakan-akan menyuruh saya ke kebun sebentar untuk mengambil sesuatu ia mengatakan:

"Linge saya akan bunuh diri sekarang. Kau tahu apa yang harus kaulakukan. Saya telah memberi perintah kepada yang lain untuk mencari jalan keluar bunker. Ikutilah salah satu kelompok itu untuk menuju ke barat."

Kala itu saya teringat momen ketika Hitler baru saja mengeksekusi adik iparnya sendiri yang berkhianat Jenderal SS Fegelein.

Sesaat setelah eksekusi, Hitler meminta saya untuk pergi menyelamatkan diri, namun sontak saya tolak.'

Baca Juga: Disebut Sebagai Diktator Paling Kejam Sepanjang Sejarah, Ternyata Adolf Hitler Pernah Kirim Armada Perang ke Indonesia, Terungkap Berkat Penemuan Benda Ini di Laut Jawa

Hitler memandang saya dengan tenang lalu berkata: "Saya jarang menemukan orang seperti kau", lalu ia menambahkan, sambil tetap berdiri dekat mejanya:

"Saya juga mempunyai tugas pribadi yang akan saya serahkan kepadamu. Hari ini, saya akan memenuhi perintah yang selalu saya beri kepada komandan dari benteng yang terkepung: Tetap di tempat sampai mati. Perintah itu juga berlaku bagi saya. Saya menganggap diri saya sebagai komandan Berlin. Kau harus mengambil dua selimut wol dan bawalah ke kamar. Selimut itu harus mampu menyerap cukup banyak minyak untuk menyalakan dua tubuh. Saya akan bunuh diri sekarang bersama Eva Braun. Kau harus membalut kedua tubuh kami dengan selimut itu. Angkut ke atas lalu bakar di taman."

Mendengar pesan itu saya tertegun dan hanya bisa menjawab dengan menggagap: "Baik Fuehrer".

Saya tidak bisa mengatakan lebih dari satu katapun lagi.

Baca Juga: ‘Saya tahu Teman Saya Tidak Akan Meninggalkan Saya’, Kisah Operasi Eiche, Penyelamatan Diktator Italia Benito Mussolini

Lalu, kali ini saya harus menghadapi kondisi membingungkan mengenai alasan Hitler ingin saya menyelamatkan diri sementara dirinya malah mau bunuh diri.

“Mengapa kami harus berusaha untuk menyelamatkan diri?" tanya saya. Ia menjawab: "Untuk generasi yang akan datang.”

Saya menghentakkan sepatu. Hitler maju dua atau tiga langkah, ragu-ragu menuju saya, lalu memegang tangan saya.

Untuk terakhir kali dalam hidupnya ia memberi salam Jerman. Saya berdiri di situ sejenak, karena sangat terharu.

Baca Juga: Mengenal Operasi Barbarossa; Invasi Gagal Hitler ke Uni Soviet, Padahal Sudah Libatkan Tiga Juta Tentara dengan Ribuan Pesawat dan Artileri

Saya berdiri tegap kembali, menutup pintu dan lari ke pintu keluar tempat perlindungan di mana masih ada komando yang bertugas melindungi Fuehrer.

Karena saya berpendapat bahwa Hitler segera akan menghabiskan kehadirannya di dunia ini, saya tidak pergi lama dan segera kembali ke kamar tunggu di sebelah kamar kerja.

Ketika saya tiba, saya membaui mesiu. Semua sudah berakhir. Biarpun demikian saya masih ragu-ragu di depan pintu dan tidak berani masuk ke kamar.

Saya menuju ke ruang di mana beberapa orang sedang mengelilingi Martin Bormann. Saya tidak teringat lagi apa yang sedang dibicarakan.

Pokoknya mereka tidak tahu apa yang terjadi. Saya memberi isyarat kepada Bormann, dan minta dia mendampingi saya masuk ke kamar kerja Hitler. Kami menuju ke pintu, saya buka lalu masuk.

Bormann menjadi putih seperti kapur dan memandang saya dengan pandangan yang kaget. Di atas dipan Adolf dan Eva Hitler sedang duduk.

Kedua-duanya tidak bernyawa. Hitler mati karena tembakan dengan pistolet 7,65 yang menembusi pelipis sebelah kanan.

Pistolet itu dan pistol 6.35 yang telah dia persiapkan untuk tujuan itu kalau senjata pertama tidak meletus berada dekat kakinya.

Kepala Hitler agak condong ke dinding. Darahnya mengalir ke permadani dekat dipan. Di sebelah kanannya, isterinya Eva duduk. la menaruh tangannya di atas dipan.

Baca Juga: 9 Fakta yang Perlu Anda Ketahui tentang Serangan Jepang terhadap Pearl Harbor, Salah Satunya Bukan Ini yang Menyebabkan Hitler Menyerang Amerika

Dari mukanya jelas sebab dari kematiannya: keracunan oleh asam cyanida (HCN). Botol yang berisi cyaan tersebut masih berada di atas meja.

Saya menggeser tubuhnya agar bisa melakukan "tugas" saya.

Selama Bormann pergi untuk mencari bantuan agar mayat bisa diangkat, saya menggelar selimut.

Saya taruh mayatnya di bawah dulu, lalu dibungkus. Saat itu saya tidak melihat sama sekali muka Hitler. Itu baru saya ingat lama kemudian ketika saya diinterogasi orang Rusia.

Dengan demikian saya tidak bisa menerangkan kepada mereka bagaimana peluru itu menembus kepala Fuehrer.

Saya ingin semua cepat-cepat selesai. Eva Hitler diangkut duluan. Erich Kempka yang mengangkutnya namun di gang ia harus menyerahkan kepada Guensche.

Akhirnya Bormann yang mengambil alih dan keluar. Di situ bebannya diambil alih oleh Erich Kempka lagi.

Ia tidak mau Bormann yang menaruh Eva di makamnya, karena Eva seumur hidup tidak suka kepada Bormann.

Saya menaruh kedua tangan saya di bawah mayat Hitler dan dua perwira mengangkatnya untuk membungkusnya dalam selimut abu-abu.

Baca Juga: Hari-hari Terakhir Kehidupan Hitler di Bunker, Bunuh Diri Bersama Pasangannya untuk Kemudian Dikremasi, Ditemukan Juga Mayat Anak-anak yang Telah Dibunuh Orangtuanya Kemudian Bunuh Diri

Begitulah kami mengangkatnya ke luar tempat perlindungan. Dekat pintu tempat perlindungan, di taman gedung kanselir kami taruh kedua jenazah berdekatan dalam sebuah lubang kecil.

Kami menyiram kedua mayat dengan minyak, lalu dinyalakan. Di taman sudah ada beberapa kebakaran sehingga sulit untuk menyalakan api pada jarak beberapa meter dari sana karena angin panas meniup api.

Brondongan artileri Rusia yang terus menerus tidak memungkinkan untuk mendekati kedua jenazah dan melemparkan korek api.

Saya kembali ke tempat perlindungan untuk mencari beberapa lembar bulletin berita yang ditujukan kepada Fuehrer.

Bormann yang menyalakannya. Saya yang melemparkan lembaran kertas itu ke mayat Hitler dan Eva yang sudah basah minyak. Api segera menyala.

Di gang masuk, depan pintu ke bunker, kami yang merupakan saksi terakhir yaitu Bormann, Goebells, Stumpfegger, Guensche, Kempka dan saya sendiri menaikan tangan sekali lagi untuk memberi salam "Hitler". Kemudian kami kembali ke bunker.

Saya juga ditugaskan Hitler untuk membakar segala sesuatu, yang mengingatkan orang kepadanya.

Saya tidak bisa menunggui kedua mayat yang tetap membara sampai pukul setengah delapan malam. Saya menghancurkan permadani yang kena darah, seragam Hitler, obat-obat, dokumen dan sebagainya.

Selama itu beberapa orang di bawah komando seorang perwira dari penganut Hitler menaruh mayat yang sudah menjadi arang ke dalam lubang bom.

Semua harus dibereskan cepat-cepat secara rahasia karena kalau tentara dalam gedung kanselir dan gedung-gedung pemerintah tahu apa yang telah terjadi, mereka semua akan meninggalkan tempat tugas.

Saya kira hal itu harus dihindarkan karena Hitler telah merencanakan suatu pemerintah yang akan meneruskan perjuangannya.

Bormann, Goebbels dan beberapa milker berkumpul untuk membicarakan apa yang akan dilakukan setelah Fuehrer tidak ada lagi.

Baca Juga: Bagaimana Perang Dunia Pertama Mengubah Hitler Menjadi Seorang Fasis, Masa Kecilnya Digambarkan Sebagai Salah Satu Tentara Paling Berani di Setiap Pertempuran