Penulis
Intisari-Online.com - Kota Jakarta kembali dilanda banjir.
Bahkan kali ini banjir disebut menjadi yang terparah karena lebih banyakmenggenangi sejumlah wilayah di Jakarta.
Misalnya di kawasan elite di Kemang, Jakarta Selatan danCipinang Melayu yang sebelumnya diklaim bebas.
Air jugasempat menggenangi sebagian ruas Jalan Jenderal Sudirman dengan ketinggian 30 sentimeter pada Sabtu malam.
Tercatatsebanyak 200 RT terdampak banjir.
BPBD DKI Jakarta menyatakan, sebanyak jumlah pengungsi saat ini sebanyak 1.722 jiwa dari 514 KK.
Seringnya Jakarta mengalami banjir membuat ibukota Indonesia itu disebut-sebut menjadisalah satu kota yang paling cepat tenggelam di dunia.
Jika ini dibiarkan, Jakarta bisa tenggelam seluruhnya pada tahun 2050, kata para peneliti.
Apa penyebabnya?
Dilansir dari bbc.com pada Senin (22/2/2021), itukarena tanah rawa, Laut Jawa membludak, dan 13 sungai mengalir melaluinya.
Jadi tidak mengherankan jika banjir sering terjadi di Jakarta dan, menurut para ahli, banjir semakin parah.
“Potensi Jakarta terendam bukanlah bahan tertawaan,” kata Heri Andreas, yang telah mempelajari penurunan tanah Jakarta selama 20 tahun terakhir di Institut Teknologi Bandung.
"Kalau kita lihat model kita, pada 2050 sekitar 95% Jakarta Utara akan tenggelam."
Dan itu sudah terjadi.
DilaporkanJakarta Utara telah tenggelam 2,5m dalam 10 tahun dan terus tenggelam sebanyak 25cm per tahun di beberapa bagian.
Tercatat Jakarta tenggelam dengan rata-rata 1-15 cm per tahun dan hampir separuh kota sekarang berada di bawah permukaan laut.
Dampaknya langsung terlihat di Jakarta Utara.
Di Kecamatan Muara Baru, seluruh gedung perkantoran terbengkalai.
Dulu itu adalahtempat perusahaan perikanan, tetapi kini hanya lantai pertama saja yang digunakan.
Lantai dasar yang terendam penuh dengan genangan air banjir. Ini karena tanah di sekitarnya lebih tinggi sehingga air tidak bisa kemana-mana.
“Jalan setapaknya seperti ombak, berkelok ke atas dan ke bawah, orang bisa tersandung dan jatuh,” kata Ridwan, warga Muara Baru yang kerap mengunjungi pasar ikan.
Karena permukaan air di bawah tanah semakin menipis, tempat berjalan kaki para pengunjung pasar di tanah tenggelam dan bergeser, menciptakan permukaan yang tidak rata dan tidak stabil.
"Tahun demi tahun, tanah terus tenggelam," katanya.
Jakarta Utara secara historis merupakan kota pelabuhan dan bahkan sampai saat ini menjadi salah satu pelabuhan laut tersibuk di Indonesia, Tanjung Priok.
Letaknya yang strategis di mana sungai Ciliwung mengalir ke Laut Jawa menjadi salah satu alasan mengapa penjajah Belanda memilih untuk menjadikannya hub yang ramai di abad ke-17.
Tapi saat ini 1,8 juta orang tinggal di sana. Menciptakan masalah lain.
Contohsebuah vila mewah dengan pemandangan laut milikSophia.
Menurutnya vilanya tidak akan tenggelam dalam waktu dekat. Tetapi ada retakan munculdi dinding dan pilar setiap enam bulan.
“Kita harus terus memperbaikinya,” katanya.
"Tapi petugas pemeliharaan mengatakan retakan itu disebabkan oleh pergeseran tanah."
Dia tinggal di sini selama empat tahun tetapi sudah beberapa kali banjir.
"Sata kaget lihat air laut mengalir masuk dan menutupi kolam renang seluruhnya."
"Kami harus memindahkan semua perabotan kami ke lantaikedua."
Tingkat dramatis tenggelamnya Jakarta sebagian disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan untuk digunakan sebagai air minum, mandi, dan keperluan sehari-hari lainnya oleh penduduk kota.
Air pipa tidak dapat diandalkan atau tersedia di sebagian besar wilayah.
Sehingga orang tidak punya pilihan selain menggunakan pompa air dari akuifer jauh di bawah tanah.
Tetapi ketika air tanah dipompa keluar, tanah di atasnya tenggelam seolah-olah berada di atas balon yang mengempis dan ini menyebabkan penurunan tanah.
Situasi ini diperburuk oleh peraturan yang longgar yang memungkinkan hampir semua orang.
Misalnya dari pemilik rumah individu hingga operator pusat perbelanjaan besar, untuk melakukan ekstraksi air tanah mereka sendiri.
Masalahnya adalah mereka mengambil lebih dari yang diperbolehkan.
Orang-orang mengatakan bahwa mereka tidak punya pilihan. Sebab pihak berwenang tidak dapat memenuhi kebutuhan air mereka.