China Ketar-Ketir, Negara-Negara Perkasa 'Penentang' China Ini Akan Lakukan Pertemuan Besar, Inilah yang Mereka Rencananya, Salah Satunya Bikin China Mulai Gelisah

Afif Khoirul M

Penulis

Mereka, negara-negara tersebut tergabung dalam Diamond Four, yang terus memantau perkembangan di kawasan Indo-Pasifik, termasuk China.

Intisari-online.com - Perseteruan China dengan negara-negara yang menjadi penentangnya tampaknya akan semakin sengit.

Pasalnya diinfokan bahwa beberapa negara yang saat ini menjadi oposisi China sedang merencanakan rapat online pertamanya.

Mereka, negara-negara tersebut tergabung dalam Diamond Four, yang terus memantau perkembangan di kawasan Indo-Pasifik.

Termasuk menjadi penentang China yang melakukan klaim sepihak atas Laut China Selatan.

Baca Juga: Dibuka oleh Mesir sebagai Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia, Ini Negara-negara Arab yang Juga Memberikan Dukungan Serupa

Menurut 24h.com.vn, pada Kamis (18/2/21), menteri luar negeri Quad, dari Diamond Four, terdiri dari AS, Australia, Jepang, dan India.

Mereka merencanakan akan mengadakan pertemuan online pertamanya.

Dari beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan itu, antara lain, deputi Covid-19, perubahan iklim, mempromosikan kesamaan tujuan Indo-Pasifik yang bebas terbuka.

Selain itu, ada satu pembahasan yang membuat Chian Gelisah, yaitu menentang tindakan sepihak China untuk mengubah status di Laut China Selatan dan Laut China Timur.

Baca Juga: Bikin Melarat Rakyat Indonesia, Inilah Proyek Andalan Presiden di Masa Lalu, yang Ternyata Akal-Akalan Bank Dunia, Per Keluarga di Indonesia Diperkirakan Menanggung Hingga Rp98 juta

"Quad adalah inti dari strategi Indo-Pasifik, dan juga memainkan peran yang lebih besar dalam upaya pemerintahan Biden untuk menahan China," kata Ni Feng, wakil direktur Research Institute America, dari Chinese Academy of Social Sciences, mengatakan kepada Global Times.

Ni juga mengatakan bahwa pemerintahan Biden telah mewarisi strategi Indo-Pasifik dari era Trump.

Ruan Zongze, wakil presiden China Institute for International Studies, mengatakan kepada Globe bahwa Presiden AS Joe Biden yang cukup akrab dengan kebijakan menyeimbangkan kembali Asia sejak Barack Obama.

Ia dinilai sangat pandai dalam menggunakan mekanisme dan alat untuk menahan China .

Biden berharap untuk mengambil pendekatan multilateral, menggunakan Quad sebagai kendaraan diplomatik untuk memajukan kepentingan regional AS di Asia-Pasifik.

Menurut Reuters, Biden mengatakan dia akan bekerja sama dengan sekutu untuk mengadopsi strategi dengan China.

Di mana Washington bertujuan untuk "menyalip" Beijing di wilayah tersebut.

Baca Juga: Masih Sempat Lari Terbirit-birit saat 'Dipantau' Drone TNI, OPM Dipastikan 'Tinggal Abu' Jika Berhadapan dengan Drone Paling Mematikan di Dunia Ini

Meskipun strategi China bukan satu-satunya subjek dalam agenda Quad, Beijing tetap harus mengkhawatirkan apakah AS ingin mengubah Quad menjadi organisasi anti-China yang radikal, dan seperti yang digambarkan.

Menurut Global, Tiongkok melampaui AS, menjadi mitra dagang terbesar Uni Eropa (UE) pada tahun 2020.

Dengan Perjanjian Komprehensif antara UE dan Tiongkok (CAI) yang membuat kemajuan paling pesat.

Menurut para ahli, hubungan bilateral antara Tiongkok dan UE akan semakin diperkuat pada tahun 2021.

Jepang adalah mitra dagang terbesar kedua China selama empat tahun berturut-turut, sedangkan Beijing adalah mitra dagang barang dagangan terbesar Tokyo selama 12 tahun, menurut laporan investasi resmi yang diungkapkan oleh Dewan tahun 2020.

China juga merupakan importir terbesar India dan ketiga eksportir terbesar, menurut Kementerian Perdagangan China.

Karena faktor ekonomi ini, beberapa analis mengatakan, "trik" geopolitik AS hampir tidak dapat mempengaruhi hubungan regional China dengan negara-negara Asia.

Baca Juga: Sudah Dikepung Banyak Negara, Iran dan Rusia Ikut-ikutan Kirim Angkatan Lautnya ke Lokasi Sengketa Ini, Bikin Chinadi Atas Angin Sementara Amerika Waspada Perang

Karena kawasan ini, bukan hanya budaya, tetapi berpusat pada ekonomi.

"Anggota quad memiliki kepentingan nasional yang berbeda. Ketika AS membujuk India, Jepang, dan Australia untuk memilih berpihak, negara-negara tersebut juga punya rencana sendiri," kata Ni.

Pakar di Akademi Ilmu Sosial China juga mencatat bahwa Beijing perlu menggunakan "kartu" ekonomi sepenuhnya untuk melawan potensi provokasi dari kelompok Quad.

Menurut Ni, Australia adalah negara yang harus mengalami "sanksi" ekonomi ketika tegang terus menerus dengan China.

Artikel Terkait