Find Us On Social Media :

Terbunuh atau Dibunuh, Anak-anak Korban Perang di Afghanistan Diberi Pilihan Sulit, 'Ditembaki Pasukan Militan di Tanah Kelahiran atau Mati Kedinginan di Negara Tetangga'

By Mentari DP, Jumat, 19 Februari 2021 | 17:30 WIB

Ilustrasi perang di Afghanistan.

“Kamar di lantai 2 dan tidak memiliki jendela dan pintu."

“Pada malam hari sangat dingin. Kami tidak punya selimut. Pekerjaannya juga berat. Itu adalah bencana."

“Saya ingin negara saya damai, dan saya berharap tidak ada perang dan kehancuran di negara saya."

 

Setelah perjalanan yang menantang melalui pegunungan, tanpa makanan atau air selama dua hari, Jawad yang berusia 11 tahun mencapai Iran.

Dia akhirnya tidur di lokasi konstruksi, tempat pamannya bekerja.

Dingin dan tanpa uang yang dia butuhkan untuk menghidupi dirinya sendiri, dia putus asa untuk pulang dan melihat keluarganya.

"Musim dingin telah tiba dan setiap keluarga telah membeli selimut, tetapi kami tidak dapat membeli apa pun."

Kabul telah menyaksikan serangkaian serangan dengan bom magnet kecil terpasang di bawah kendaraan dan pembunuhan yang ditargetkan dalam beberapa pekan terakhir terhadap pasukan keamanan, pejabat, hakim, aktivis masyarakat sipil, dan jurnalis.

“Kekerasan Taliban jauh lebih tinggi daripada norma sejarah," ungkap Jenderal Scott Miller.

“Itu tidak menciptakan kondisi untuk bergerak maju. Malah membuat Afghanistan semakin kelam."

Baca Juga: Melihat Peta Sundaland, Ketika Pulau Kalimantan, Sumatera, dan Jawa Masih Menyatu dengan Negara Asia Tenggara Lainnya