Dihantam Krisis Pangan Ekstrem, Sejak Tahun Lalu Warga Korea Utara Sudah Dilarang Membuang Makanan, Apa Penyebabnya?

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Korea Utara

Intisari-Online.com - Jika Anda perhatikan dalam beberapa tahun terakhir, cuaca memang tak menentu.

Terlebih akhir-akhir ini, hingga salju turun di Gurun Sahara.

Namun, ternyata Korea Utara menjadi salah satu negara yang dirugikan akibat cuaca, tepatnya karena hujan sepanjang tahun lalu.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan pada hari Kamis (18/2) menyampaikan bahwa tahun ini Korea Utara menghadapi kekurangan pangan ekstrem akibat curah hujan tinggi sepanjang tahun lalu.

Baca Juga: Muncul Lagi untuk Pertama Kalinya, Istri Kim Jong Un Menghilang Setahun Belakangan Ini, Apa yang Terjadi?

Dilansir dari Yonhap, tahun ini Korea Utara kekurangan pangan mencapai 1,2 juta hingga 1,3 juta ton untuk seluruh penjuru negeri.

Menteri Lee In-young menyampaikan permasalahan tersebut selama sesi pleno komite diplomasi dan unifikasi di Majelis Nasional.

Secara khusus ia menjelaskan bahwa kekurangan pangan ini merupakan akibat dari bencana banjir dan topan tahun lalu.

Baca Juga: Tak Punya Malu, Korea Utara Ketahuan Kirim Hacker untuk Curi Uang dari Perusahaan dan Bank-bank di Dunia untuk Biayai Negaranya dan Kim Jong Un

"Jika kita menambahkan 200.000 hingga 300.000 ton (yang hilang akibat bencana) menjadi sekitar 1 juta ton kekurangan tahunan, kita dapat memperkirakan ada kekurangan pangan di Korea Utara," ungkapnya seperti dikutip dari Yonhap.

Korea Utara menghadapi masalah pelik akibat bencana banjir dan angin topan dari Juli hingga September tahun lalu.

Para ahli memperkirakan bencana alam tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah pertanian.

Korea Selatan mencari cara untuk memberi bantuanMelihat masalah yang dialami tetangganya.

Baca Juga: Kim Jong-Un Benar-benar Kecewa, Berharap Banyak dengan Kabinetnya untuk Ekonomi Korea Utara, yang Ada Malah Kurang Inovatif

Kini Korea Selatan mulai mencari cara untuk memberikan makanan dan pupuk kepada Korea Utara dalam bantuan kemanusiaan.

Jika tidak, Korea Utara akan mengalami masalah yang berkepanjangan.

"Sikap kami tetap sama, bahwa masalah kemanusiaan seperti kekurangan pangan harus ditangani terlepas dari situasi politik dan militer," ungkap Lee Jong-joo, juru bicara Kementerian Unifikasi.

Baca Juga: Kim Jong-Un Terkenal Jor-joran Habiskan Uang Negara Buat Rudal, Mari Mengenal Deretan Rudal Korea Utara dari Scud Sampai Taepodong, Rudal Apa yang Paling Mematikan?

Lebih lanjut, ia menjabarkan bahwa bantuan kemanusiaan berupa beras dan pupuk harus dianalisis sedemikian rupa sehingga benar-benar dapat meningkatkan kualitas mata pencaharian masyarakat Korea Utara.

Untuk saat ini pihak kementerian belum memiliki rencana khusus mengenai bagaimana bantuan bisa diberikan, termasuk berapa banyak dan kapan bantuan akan diberikan.

Baca Juga: Polisi Fesyen, Tukang Pengawas Gaya 'Sosialis' di Korea Utara yang Pastikan Tidak Ada Anak Muda yang Bergaya Rambut 'Non Sosialis', Jins Ketat dan Anting-anting

Yang menjadi masalah adalah Korea Utara telah berulang kali menolak tawaran bantuan dari Korea Selatan untuk meringankan kekurangan makanannya di tengah hubungan antar-Korea yang dingin.

Tahun lalu, Kim Jong Un sudah mewanti-wanti warganya agar tidak membuang-buang makanan.

Komite Sentral Partai Buruh Korut juga mengajak warga untuk selesaikan krisis pangan.

Baca Juga: Kim Jong Un dan Korut Akan Terus Mendapat Apa yang Diinginkannya, Namun Mengapa Program Rudal Nuklir Korea Utara Tidak Segila Kelihatannya?

(*)

Artikel Terkait