Penulis
Intisari-online.com -Jepang telah umumkan jika mereka akan membangun tiga kapal transportasi yang dirancang untuk mengirim amunisi, bahan bakar serta logistik.
Barang-barang tersebut akan dikirimkan untuk pasukan yang ditugaskan di pulau Senkaku, sebagai upaya menangani kegarangan China di Laut China Timur.
Kapal-kapal itu akan berukuran lebih kecil dari kapal suplai Pertahanan Diri Angkatan Laut yang sudah ada.
Keunggulan kapal lebih kecil adalah mampu beroperasi di ujung pantai yang tidak memiliki infrastruktur pelabuhan.
Analis mengatakan inilah yang menyebabkan kapalnya ideal untuk operasi pengiriman stok yang seharusnya diperlukan Tokyo ke Kepulauan Senkaku atau Diaoyu yang diklaim China daratan, Taiwan dan Jepang.
Biaya yang dibanderol untuk tiga kapal ini akan masuk dalam permintaan kementerian pertahanan tahun 2022 dan diharapkan akan dikirim ke Jepang selatan tahun 2024.
Kapal terbesar akan memiliki bobot 2000 ton, sedangkan kapal lebih kecil akan memiliki berat masing-masing 400 ton.
"Ini semua bagian dari modernisasi berkelanjutan dari Pasukan Pertahanan Diri Jepang dan menurutku tidak berlebihan mengatakan kami melihat revolusi sunyi dalam militer Jepang," ujar James Brown, profesor di hubungan internasional kampus Temple University Tokyo.
"Jepang sedang memperluas kemampuannya dalam area luas pertahanan, dan meskipun itu tidak berarti menghentikan bantuan dari AS, artinya Jepang mengambil beban untuk pertahanannya sendiri serta untuk menjadi sekutu yang lebih kuat."
Hal ini juga sesuai dengan komitmen Tokyo untuk membangun ikatan pertahanan dengan kekuatan regional di sekitarnya, termasuk Australia dan India, atas kekuatan China yang terus bertambah di Indo-Pasifik.
Untuk menggarisbawahi niat Jepang yang ingin lebih aktif dalam keamanan Indo-Pasifik, Tokyo juga sudah umumkan jika mereka berniat mengubah helikopter Izumo menjadi pesawat induk yang bisa membawa jet tempur F-35.
Rencana lainnya adalah meningkatkan jangkauan dan kemampuan lain dari rudal anti-kapal di kepulauan barat daya Jepang.
Kapal pemerintah China telah sering kali terlihat di sekitar kepulauan Diaoyu tahun ini, membuat Tokyo khawatir terkait undang-undang baru Beijing.
UU baru itu perbolehkan pasukan penjaga pantai gunakan senjata melawan kapal-kapal yang beroperasi di perairan yang diklaim China.
Pakar mengatakan hal itu menciptakan kemungkinan kapal-kapal China menembaki kapal-kapal Jepang memperebutkan kedaulatan masing-masing.
Kemungkinan besar Pasukan Pertahanan Diri Jepang akan memanggil kapal yang memiliki kemampuan mendaratkan pasukan di pantai sebagai tambahan peran logistik mereka.
Diketahui, Pasukan Darat Pertahanan Diri Brigade Amfibi Pengiriman Cepat berada di Sasebo, Prefektur Nagasaki, kurang lebih 1000 km dari pulau Senkaku.
Pengumuman pemerintah datang setelah ada peringatan dari pakar di lembaga penelitian China yang mengatakan Beijing berniat mengontrol Diaoyu.
Dr. Toshi Yoshihara, rekan senior di Pusat Penilaian Strategi dan Anggaran di Washington dan ahli di bidang strategi maritim dan angkatan laut China mengatakan kepada koran Jepang Sankei Shimbun awal bulan ini jika kontrol gulat pulau yang dilakukan China itu sudah mencapai ekspansionisme.
"Pemimpin China telah menyimpulkan jika mereka bisa menggapai kontrol di Laut China Timur, mereka akan mampu mengalahkan operasi militer AS," ujarnya.
Ia tambahkan Beijing sadar kemampuan militernya melebihi Jepang, sehingga mereka yakin berada di posisi bisa meraih pulau itu sebelum pasukan AS bisa ikut campur.
Yoshihara memperkirakan perlu 4 hari untuk mempengaruhi keseluruhan pengambilalihan pulau tersebut.
Ia peringatkan protes dari Tokyo mengenai undang-undang penjaga pantai China dan tindakan barbar China lainnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini