Penulis
Intisari-Online.com – Untuk bepergian antar kota, selama pandemi Covid-19, kita dianjurkan untuk melakukan tes usap untuk mengetahui apakah tubuh kita terpapar virus tersebut atau tidak.
Selama ini kita mengenal 3 jenis tes Covid-19 yang sering digunakan, yaitu tes antibodi atau tes darah, tes antigen, dan tes molekuler yang disebut juga tes RNA atau PCR.
Dari ketiga jenis tes Covid-19 tersebut yang dianggap paling akurat adalah tes PCR.
Lalu, para peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil mengembangkan alat deteksi Covid-19, yang disebut GeNose yang nilai keakuratannya mencapai angka 97.
Baca Juga: Akhirnya Teknologi AI Bisa Bantu Deteksi Covid-19 di Tubuh Manusia, Begini Cara Kerjanya
GeNose hanya membutuhkan hembusan napas kita untuk mendeteksi Covid-19.
Dengan harga tes yang lebih murah ini, GeNose sekarang diberlakukan di stasiun-stasiun dan terminal-terminal di beberapa daerah di Indonesia.
Kalau di Indonesia, dan sebagian banyak negara lain menggunakan tes usap dari lendir tenggorokan dan hidung, kemudian hembusan napas untuk uji GeNose, beda pula yang digunakan di Jerman.
Sebuah klinik hewan Jerman telah melatih anjing pelacak untuk mendeteksi virus corona baru dalam sampel air liur manusia.
Deteksi virus Covid-19 yang dilakukan oleh anjing pelacak ini mencapai akurasi 94%.
Anjing-anjing itu dikondisikan untuk mencium "bau korona" yang berasal dari sel pada orang yang terinfeksi, kata Esther Schalke, seorang dokter hewan di sekolah angkatan bersenjata Jerman untuk anjing pelayan.
Filou, seekor anjing Gembala Belgia berusia 3 tahun, dan Joe Cocker, Cocker Spaniel berusia 1 tahun, adalah dua anjing yang sedang dilatih di Universitas Kedokteran Hewan Hanover.
“Kami melakukan penelitian di mana kami memiliki sampel anjing yang mengendus dari pasien positif COVID dan kami dapat mengatakan bahwa mereka memiliki kemungkinan 94% dalam penelitian kami ... bahwa mereka dapat mengendusnya,” kata Holger Volk, kepala klinik hewan.
“Jadi anjing benar-benar bisa mengendus orang dengan infeksi dan tanpa infeksi, serta pasien COVID asimtomatik dan simptomatik,” tambahnya.
Stephan Weil, perdana menteri Lower Saxony, negara bagian di mana Hanover adalah ibukotanya, mengatakan dia terkesan dengan penelitian tersebut.
Ia juga menyerukan uji kelayakan sebelum anjing pelacak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada orang-orang yang menghadiri konser.
“Kami sekarang membutuhkan tes di acara-acara tertentu,” kata Weil, seperti dikutip dari Reuters.
Di Finlandia, anjing yang dilatih untuk mendeteksi virus korona baru mulai mengendus sampel penumpang di bandara Helsinki-Vantaa Finlandia September lalu, dalam sebuah proyek percontohan bersama pengujian yang lebih biasa di bandara.
Bandara internasional Santiago Chili juga menggunakan detektor anjing.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari