Penulis
Intisari-Online.com -Saat Perang Dunia II, tidak hanya bom yang dijatuhkan pesawat, melainkan juga materi dewasa. Tujuannya: menjadi alat propaganda.
Memang, dalam perang, propaganda dipercaya sebagai salah satu senjata ampuh untuk melumpuhkan musuh.
Namun, siapa sangka jika materi-materi seksual ternyata juga termasuk dalam daftar alat propaganda.
Tujuannya adalah untuk menghancurkan konsentrasi musuh, atau bahkan membuat semangat mereka untuk berperang hancur.
Lalu, berhasilkah metode propaganda yang menggunakan materi-materi seksual sebagai alatnya tersebut?
Mari kita simak ulasannya berikut ini.
Semua negara besar yang terlibat dalam Perang itu mempergunakan selebaran-selebaran bertema seksual dalam usaha meruntuhkan semangat tentara lawan di garis depan.
Mengapa pornografi dimasukkan ke dalam strategi perang?
Menurut Prof. Paul Linebarger yang mengarang "Psychological Warfare", hampir semua prajurit muda pikirannya dipenuhi dengan seks.
Selebaran porno dimaksudkan untuk membangkitkan gairah seksual mereka dan karena di garis depan penawar gairah ini sulit didapat, maka diharapkan semangat mereka akan rontok.
Tetapi betulkah selebaran itu memberi hasil yang dimaksudkan? Apakah penemu-penemu selebaran itu lantas emosional lumpuh, tidak mampu melaksanakan tugas sehari-hari mereka?
Bukti-bukti menunjukkan bahwa yang terjadi justru kebalikannya.
"Gambar-gambar jorok" menjadi hiburan dan benda koleksi yang berpindah-pindah tangan di antara prajurit. Jadi berarti meninggalkan semangat mereka.
Menurut seorang serdadu Amerika yang termasuk Divisi Infanteri ke-35, yang pada bulan Februari 1945 menerima selebaran porno ini, "Kami menggunakannya sebagai kertas toalet".
Pernyataan ini dikuatkan oleh Sir Arthur Harris, Marsekal Udara RAF. "Menurut pendapat saya pribadi, hasil yang didapat dari menyebarkan selebaran itu hanyalah memenuhi kebutuhan akan kertas toilet bagi benua Eropa selama 5 tahun perang".
Josef Goebbels, Menteri Penerangan dan Propaganda pada masa Hitler berkuasa, menyediakan jutaan selebaran yang menggambarkan tentara Prancis dalam keadaan kotor dan lelah di garis depan sementara wanita-wanita Prancis berada dalam pelukan tentara Inggris di garis belakang.
Dari pengeras suara, berulang-ulang ditekankan pada tentara Prancis bahwa tentara Inggris tidak ada di Garis Maginot, mereka ada di garis belakang bersama wanita-wanita Prancis.
Kertas tissue "ajaib"
Sefton Delmer, wartawan pada angkatan bersenjata Prancis masih mengingat kunjungannya pada front Prancis tahun 1939. Kepadanya diperlihatkan sehelai selebaran dari kertas tissue yang tipis sekali. Kertas itu menggambarkan tentara Prancis bertugas di garis depan.
Kalau kertas itu dihadapkan ke matahari atau lampu, tampak gambar seorang Tommy (tentara Inggris) berzina dengan seorang wanita yang dikatakan sebagai tunangan si orang Prancis.
Gambar semacam ini banyak variasinya. Nazi menjatuhkan kartu-kartu semacam ini juga pada tentara Amerika.
Kartu-kartu untuk menambah kebencian orang Polandia terhadap kaum Bolshevik dijatuhkan di Polandia. Tetapi mengingat perlakuan Jerman terhadap orang Polandia, disangsikan kartu-kartu ini mencapai maksudnya.
Pada gambar tampak pengantin laki-laki berpandangan mesra dengan pengantin wanita di hadapan pastor, tetapi kalau dihadapkan ke cahaya, timbul gambar tentara Rusia yang seperti buto sedang memperkosa pengantin wanita. Suaminya terbaring tewas di belakang.
Tahun 1944 tentara Sekutu di Normandia menemukan kartu-kartu bergambar tentara yang meninggal, tetapi pada gambar itu bisa timbul gambar lain, memperlihatkan orang berkulit hitam memperkosa wanita berkulit putih. Teksnya: Black wins (Si Hitam menang).
Memecah belah memang tujuan dari kebanyakan selebaran Nazi. Mereka bertujuan memecahkan tentara Amerika dari sekutu-sekutunya, tentara dari orang-orang sipil yang "enak-enakan" di rumah, orang Kristen dari orang Yahudi dan orang berkulit putih dari orang berkulit hitam.
Nazi membuat seri selebaran anti Yahudi yang disebarkan pada pasukan-pasukan Sekutu yang terjebak di pantai-pantai Anzio awal 1944.
Setiap selebaran berisi satu bagian dari kehidupan Sam Levy, yang dikatakan datang dari Eropa Timur sebagai penumpang geladak kapal, tetapi menjadi kaya di Amerika pada saat orang-orang Kristen berperang membela negaranya.
Diceritakan bahwa Sam menggoda kekasih seorang tentara A.S. yang sedang luka di front. Pada seri yang paling akhir digambarkan Sam dan Joan masuk ke mobil, diawasi seorang tentara berkaki satu yang berdiri di dekat tempat itu. Gambar-gambar ini memakai teks berupa cerita.
Semuanya dibuat dengan bagus. Tetapi ternyata gagal mencapai maksudnya untuk menghilangkan semangat berperang, karena selebaran seks selalu dianggap sebagai hiburan, bukan membuat penerimanya depresi. Tentara AS berusaha mendapat selebaran itu di bawah hujan peluru karena haus bacaan.
Selebaran untuk memecah belah
Nazi juga membuat selebaran yang menggambarkan Tommy (tentara Inggris) berjuang setengah mati sedangkan GI (tentara Amerika) bersenang-senang dengan wanita-wanita di Inggris, atau mengganggu gadis-gadis Inggris yang tidak berdaya.
Jerman juga mencoba memecah belah perwira dengan bawahan-bawahannya. Digambarkan prajurit-prajurit Amerika luka-luka dan dioperasi pada saat perwira-perwira bermesraan dengan wanita setengah telanjang.
Ketika Italia minta berdamai dengan Sekutu tanggal 8 September 1943, Nazi, menyebarkan selebaran untuk mencelakakan bekas sekutunya. GI dinasihatkan agar menulari diri mereka dengan penyakit kelamin gonorrhoea "jenis Napoli" yang katanya tidak bisa disembuhkan.
Kalau mereka mendapat penyakit ini, mereka akan dikirim pulang ke AS. Untuk mendapat penyakit ini tentu mereka harus berhubungan dengan wanita-wanita Italia.
Mereka juga menyebarkan propaganda mengenai penyakit kelamin. Salah satu menyatakan penyakit kelamin meningkat di kalangan wanita-wanita di negara asal musuh dan 84% dari wanita yang terkena ialah istri tentara AS yang suaminya sedang ditugaskan di luar negeri.
Jepang mempergunakan teknik yang sama. Mereka menyebarkan selebaran untuk Filipina, tetapi memberi kesan bahwa asal selebaran itu dari tentara AS.
Selebaran itu memperingatkan GI bahwa wanita Filipina mudah menyerahkan diri kepada GI asal diberi sedikit bahan makanan dan orang Filipina tidak mengerti kebersihan sehingga menjadi pembawa penyakit. Maksud selebaran ini tentu saja untuk membuat pribumi sipil benci kepada tentara AS.
Tentara AS dibekali atabrine, pil untuk diminum tiga kali sehari agar terhindar dari malaria. Jepang berhasil memberi kesan bahwa pil itu bisa menyebabkan impoten permanen. Akibatnya sebagian besar tentara, terutama yang pendidikannya rendah, berhenti minum pil itu dan menderita malaria.
Jepang juga dengan selebarannya sering menunjukkan GI memperkosa wanita pribumi dan Jepang menjadi penyelamatnya.
Di Malaysia (waktu itu masih Malaya), Jepang menyebarkan selebaran untuk menghasut penduduk agar berontak terhadap Inggris. Tentara Inggris digambarkan memperlakukan wanita-wanita Malaya dengan kurang ajar.
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Desember 1981)