Indonesia Tak Dijajah Belanda Selama 350 Tahun, Benarkah? Fakta Ini Alasannya

Ade S

Penulis

Foto Presiden Soekarno membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Cikini, Jakarta.

Intisari-Online.com -Anggapan kita selama ini bahwa Indonesia dijajah oleh Belanda selama 350 tahun bisa jadi keliru jika menyimak sebuah fakta.

Selama ini, terutama sejak kita bersekolah, salah satu hal yang kerap kita ingat tentang penjajahan Belanda di Indonesia adalah periodenya yang mencapai 350 tahun.

Ya, selama ini kita selalu mengingat bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 3,5 abad.

Bahkan, lamanya masa penjajahan tersebut kerapa diajukan dalam pertanyaan pada ujian-ujian mata pelajaran sejarah.

Baca Juga: Kerap Pakai Cara Licik 'Jajah' Negara Lain dengan Jebakan Utang yang 'Mustahil' Dilunasi, China Tiba-tiba Bantah Lancarkan Cara yang Sama di Negara-negara Afrika

Belum lagi jika merujuk padapidato Bung Karno di tahun 1950.

Waktu itu presiden pertama Republik Indonesia itu menyerukan bahwa bangsa Indonesia telah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda.

Tapi apakah benar kita dijajah Belanda lebih dari tiga abad?

Usut punya usut, bila hal ini diteliti dari segi hukum dan sejarah kolonial, Indonesia ternyata tidak dijajah Belanda selama 350 tahun!

Baca Juga: Hampir 3,5 Abad Jajah Indonesia, Banyak Benda Bersejarah Tanah Air yang Berada di Belanda, 'Kami Janji Akan Kembalikan 100.000 Benda Bersejarah Tersebut'

Menurut kajian ahli hukum Gertrudes Johan Resink, Belanda mempopulerkan pernyataan ini untuk mengukuhkan kembali kekuasaan di Hindia Belanda yang sempat diambil alih Inggris.

Melalui kurikulum pendidikan saat itu, Belanda mencoba menanamkan anggapan bahwa Indonesia telah mereka kuasai sejak kedatangan Cornelis De Houtman.

Hal ini dikukuhkan melalui ucapan Gubernur Jenderal De Jonge tahun 1930-an.

Padahal, saat itu belum ada pernyataan tentang sebuah negara bernama Indonesia.

Baca Juga: Tega Khianati Palestina, Mengapa Sejumlah Negara Arab Kini Pilih Berdamai dengan Israel yang Terus Jajah Palestina?

Pernyataan bersama penghuni Nusantara bahwa mereka merupakan bagian dari Indonesia, baru terjadi saat peristiwa Sumpah Pemuda.

Maka, kalaukita menghitung dari Sumpah Pemuda, berarti Indonesia dijajah hanya dalam waktu 17 tahun oleh Belanda dan Jepang.

Cukup rumit bukan? Berikut adalah video di Youtube yang mungkin bisa membantu Anda dalam meneliti hal ini.

Baca Juga: Dulu Negara Ini Jajah Indonesia, Pasca Merdeka Pasukan Elit Portugal Hanya dipecundangi Indonesia di Timor Leste Padahal Sudah Dibantu Milisi Fretilin dari Timor Leste

Idiom-idiom Unik Peninggalan Kolonial Belanda

Saat ramai membahas soal hoax atau berita palsu, tiba-tiba seorang teman mengucapkan sebuah kalimat, “Ah, isapan jempol itu!”

Sudah lama tidak mendengar ungkapan “isapan jempol” itu.

Makna isapan jempol dalam obrolan tadi tentu tak berarti mengisap jempol.

Baca Juga: Pernah Jajah Indonesia Selama 3,5 Abad, Raja Belanda Minta Maaf dan Akui Kemerdekaan Indonesia di Hadapan Presiden Jokowi

Maknanya adalah “mengada-ada, merekayasa”.

Dalam Kompasiana, Gustaaf Kusno menyebutkan bahwa idiom “isapan jempol” merupakan idiom khas warisan bahasa Belanda.

Dikatakan khas karena idiom ini tak dijumpai dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya.

Dalam bahasa Belanda, idiom ini berbunyi iets uit zijn duim zuigen (duim = jempol, zuigen = mengisap).

Baca Juga: 3,5 Abad Jajah Indonesia, Belanda Mengaku Akan Ganti Rugi Rp8,6 juta pada Anak yang Ayahnya Dieksekusi Belanda, Tapi Ini Syaratnya

Sebagai negara jajahan Belanda, tentu kita menyerap banyak idiom khas mereka.

Seperti “hitam di atas putih” yang bunyi aslinya adalah iets zwart op wit zetten (zwart = hitam, wit = putih, zetten = menaruh).

Juga “benang merah” yang aslinya de rode draad (rood = merah, draad = benang).

Pemaknaannya adalah “unsur kesinambungan dari suatu cerita atau kejadian”.

“Benang merah” bisa dipastikan bukan diadopsi dari idiom bahasa Inggris red tape, karena red tape bermakna ‘birokrasi yang berbelit-belit’.

Jika mau disebutkan lagi ada “penumpang gelap” yang aslinya zwarterijder (zwart = hitam, gelap, rijder = penumpang); “berdarah biru” yang diambil dari blauw bloed hebben (blauw = biru, bloed = darah, hebben = mempunyai); serta “pemutihan” yang diserap dari kata witwassen (wit = putih, wassen = mencuci).

(Agus Surono)

Artikel Terkait