Tetapi yang terjadi selanjutnya adalah reaksi dari China. Prajurit penghasut Tiongkok di seluruh dunia memposting pesan.
Memutar balikkan fakta dan seolah wilayah itu masih menjadi milik China, yang diambil secara ilegal oleh Rusia.
Shen Shiwei, seorang jurnalis di CGTN berkata, "Tweet kedutaan Rusia untuk Cina ini tidak disambut baik di Weibo."
"Sejarah Vladivostok jauh dari tahun 1860 ketika Rusia membangun pelabuhan militer. Kota itu Hai Shen Wai sebagai tanah Tiongkok sebelum Rusia mencaploknya," katanya.
Pernyataan ini digaungkan oleh beberapa diplomat China, yang jelas-jelas melupakan perampasan tanah yang dilakukan oleh pemerintah mereka sendiri.
Lalu, Shen Shiwei memposting lagi tetapi kali ini, membidik media India.
"Harap profesional Tidak ada perubahan !! Beberapa media India !! Perayaan kedutaan Rusia di Vladivostok mengingat kenangan pahit dari hari-hari terhina di tahun 1860 bagi orang China. Tidak ada yang terkait dengan klaim tanah sejak itu," katanya.
Padahal di saat yang sama China, juga melakukan perampasan tanah di banyak negara. China mendorong perbatasannya, dan mencuri tanah di setidaknya 21 negara.
Di Filipina, Cina mengklaim bagian dari pulau-pulau Spratly. Tidak peduli meski Mahkamah Internasional telah menolaknya. Tapi China dikenal tidak mematuhi perintah.