Penulis
Intisari-Online.com – “Hanya ada kesombongan. Semuanya adalah sia-sia. Yang perlu Anda tahu adalah Anda harus pergi menuju terang karena toh suatu hari kita akan menjadi debu,” kenang pantomim terkenal Marcel Marceau pada tahun 2001.
“Yang terpenting adalah perbuatan kita selama hidup.”
Demikianlah, Marceau hidup dan mati dengan kata-kata itu.
Marceau adalah ahli pantomim pasca Perang Dunia II, yang membantu menyelamatkan nyawa setidaknya 70 anak Yahudi selama Holocaust.
Pada tahun 1939, pihak berwenang Prancis menyatakan bahwa keluarga Yahudi di kota Strasbourg memiliki waktu dua jam untuk berkemas dan bergabung dengan kereta transportasi menuju Prancis barat daya.
Saat itu Marceau berusia 15 tahun dan kakak laki-lakinya, Alain, meninggalkan tempat kelahiran mereka.
Ibu Marceau selamat dari perang, sementara ayahnya, dibunuh di Auschwitz pada tahun 1944.
Marceau melarikan diri ke kota Limoges, lalu masuk sekolah seni bersamaan dengan masuknya Perlawanan Prancis.
Ketika Prancis dengan cepat jatuh ke tangan Nazi Jerman pada musim semi berikutnya, Marceau memalsukan kartu identitas baru bagi pemuda Prancis agar tampak lebih muda untuk mengikuti wajib militer ke kamp kerja paksa Jerman.
Pada tahun 1944 Marceau direkrut oleh sepupunya, Georges Loinger, untuk bergabung dengan Oeuvre de Secours aux Enfants.
Ini adalah sebuah unit rahasia Yahudi dari Perlawanan Prancis yang menyelundupkan anak-anak Yahudi dari Prancis yang diduduki ke negara-negara netral.
Misi mereka adalah mengevakuasi anak-anak Yahudi yang telah bersembunyi di panti asuhan Prancis dan membawa mereka ke perbatasan Swiss, di mana mereka akan menyelinap ke tempat yang aman.
Pelatihan Marceau sebagai aktor dan pantomim tidak lagi hanya untuk pertunjukan, tetapi menjadi pembeda antara hidup dan mati.
Anak-anak Yahudi itu mengagumi Marceau dan mempercayainya, melansir dari historynet.
Anak-anak itu dibuat agar seperti sedang berlibur ke sebuah rumah di dekat perbatasan Swiss, dan Marceau benar-benar membuat mereka nyaman.
Dalam penyamaran yang berbeda, Marceau ingat dia pernah pergi sebagai pemimpin Pramuka dan membawa 24 anak Yahudi yang juga berseragam pramuka, melalui hutan ke perbatasan, lalu orang lain akan membawa mereka ke Swiss.
Marceau juga pernah membawa anak-anak dalam perjalanan berbahaya tiga kali sebelum bergabung dengan Pasukan Prancis Bebas Charles de Gaulle pada tahun 1945.
Pada akhir perang, Marceau kembali ke cinta pertamanya, yaitu seni, dengan menggunakan pantomim sebagai pelampiasan kesedihannya.
Rasa sakit dan kesedihan terlihat dalam setiap drama pantomimnya.
Ya, asal mula rasa sakit itu adalah deportasi ayahnya.
Pada tahun 1947 Marceau menciptakan karakter Bip dan memasukkan pengalaman perangnya ke dalam apa yang kemudian menjadi alter egonya.
Penontonnya sangat antusias dengan Bip dan Marceau menjadi terkenal di dunia, sehingag membuatnya sering tampil di Amerika Serikat dan bahkan Israel.
Terlepas dari kesuksesannya di kemudian hari sebagai Bip, tindakan pantomim sebelumnya, mungkin yang paling penting, yang tidak dilupakannya.
Pada tanggal 30 April 2001, Marceau menerima Medali Raoul Wallenberg dari Universitas Michigan, dinamai sesuai nama pembuatnya dan kemanusiaan Swedia yang dipercaya telah menyelamatkan nyawa puluhan ribu orang Yahudi selama Holocaust.
“Saya menangis untuk ayah saya,” kenang Marceau saat menerima medali pada tahun 2001.
“Tetapi saya juga menangis untuk jutaan orang yang meninggal .... Takdir mengizinkan saya untuk hidup. Inilah mengapa saya harus membawa harapan kepada orang-orang yang berjuang di dunia."
“Saya membuat metafora dengan tangan,” pungkasnya.
Perjuangan antara yang baik dan yang jahat.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari