"Sejak tahun 1990-an PLA telah berubah menuju jalan profesionalisme dan modernisasi," ujarnya.
Tahun 1991 dunia juga ditunjukkan oleh hancurnya Uni Soviet dan berakhirnya Perang Dingin, dan tekanan militer dan politik China secara dramatis meningkat.
Sadar dengan kerentanan dan kelemahan mereka, China mengadopsi pendekatan "menjaga citra sosok sederhana dan menunggu waktu yang tepat" untuk diploamasi mereka sembari fokus pada pengembangan militer.
Setelah Perang Teluk berakhir, mantan pemimpin China Jiang Zemin mulai mempromosikan ide jika PLA seharusnya fokus dalam membangun "kemampuan perang regional modern di bawah kondisi teknologi canggih", "Melengkapi dualisme tugas bersejarah dan mekanisasi serta kemajuan informasi" dan "mencapai modernisasi militer dengan loncatan ke depan".
Hal itu disampaikan oleh Tang Zhichao, yang ahli dalam studi Timur Tengah di Chinese Academy of Social Sciences.
Kemudian menurut komentator militer di Hong Kong Song Zhongping, China menggunakan senjata canggih AS yang mereka lihat di perang, seperti rudal preissi, rudal pertahanan dan jet tempur siluman.
Senjata-senjata itu mereka gunakan sebagai acuan pengembangannya.
Taktik seperti operasi gabungan antara pasukan yang berbeda dan organisasi serta teknologi yang diperlukan untuk menyadarkan mereka juga diberikan porsi perhatian yang besar.