Pendemo lainnya bernama Saldahnya. Ia punya kisah lainnya ketika penembakan itu terjadi.
Pemuda Timor Leste tersebut ikut tertembak, bahkan peluru itu tetap bersarang di pinggangnya.
"Saya disarankan operasi ke Surabaya untuk angkat peluru. Tapi saya khawatir, siapa tahu dokternya anak seorang tentara Indonesia yang ayahnya bertugas di sini dan kebetulan meninggal di Timor Leste," ujar dia.
Mengutip irishtimes.com, rekaman Max Stahl sendiri merupakan satu-satunya bukti video yang ada, diselundupkan ke luar wilayah beberapa hari kemudian setelah peristiwa itu.
Baca Juga: Sempat Sesumbar Enggan Normalisasi dengan Israel, Qatar Kini Buka Peluang dengan Syarat
Rekaman itu membawa titik balik dalam sejarah Timor Lorosa'e: mengingatkan dunia akan kekejaman yang terjadi di sana; mendapatkan, akhirnya, dukungan internasional yang luas untuk perjuangan rakyat Timor; dan menempatkan negara kecil di Asia Tenggara ini di jalan menuju penentuan nasib sendiri.
Stahl adalah salah satu dari sedikit jurnalis asing yang bekerja secara diam-diam di negara itu. Ia merekam tentara yang menembak, memukuli, dan menyeret orang pergi.
Dia sempat ditangkap, tetapi sebelumnya mengubur dua gulungan film di kuburan. Malam itu, setelah diinterogasi selama sembilan jam, dia kembali mengambil rekaman itu.
Kisah jurnalis tersebut juga menjadi salah satu cerita legendaris dari tragedi Santa Cruz 1991.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari