Penulis
Intisari-Online.com -Bicara mengenai bajak laut seperti dalam film seri Pirates of the Carebbean memang seru.
Sementara dalam film itu berlatar zaman dulu, di kehidupan nyatabajak laut di dunia modern juga masih ada.
Tapi bukan dengan awak kapal yang memakai penutup mata, memiliki kaki kayu atau burung beo di pundak.
Melansir The Vintage News (28 September 2016), Bajak laut modern merupakan ancaman nyata bagi kapal pengiriman komersial.
Mereka menyebabkan kerugian jutaan dolar dan puluhan kematian setiap tahun.
Untungnya, jumlah insiden perompakan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Dan sekarang berada di titik terendah sejak tahun 90-an menurut Organisasi Maritim Internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Namun, jika Anda benar-benar ingin berbicara seperti bajak laut era modern, bukan Jack Sparrow, Anda perlu belajar bahasa Indonesia.
Hal ini dikarenakan kebanyakan pembajakan saat ini terjadi di seluruh Indonesia.
Contoh dari insiden pembajakan modern adalah yang terjadi pada tahun 2009.
Saat itu, bajak laut yang memegang pisau dan palu menaiki kapal pesiar bernama Mr. Bean.
Pasangan Inggris di atas kapal disandera; sang istri ditahan selama 12 jam dan menderita luka parah, sedangkan suaminya dibunuh dan dibuang ke laut.
Menurut data Organisasi Maritim Internasional, dalam dekade terakhir saja telah terjadi 7.100 insiden perompakan dan 100 di antaranya telah mengakibatkan kematian setidaknya satu orang.
Lebih sering daripada tidak, perompak akan menyelinap ke kapal yang berlabuh dan kabur dengan kargo sebelum kru menyadarinya.
Baca Juga: Amerika Serikat Makin Waspada! Ini Perbandingan Kekuatan Militer Iran dan AS
Cukup mengejutkan memang bahwa bajak laut juga turut mempengaruhi ekonomi global.
Serangan bajak laut dapat menelan biaya $ 7 miliar setahununtuk kargo yang hilang dan strategi menghindari bajak laut, seperti meningkatkan kecepatan, juga akanmenghabiskan lebih banyak bahan bakar.
Kabar baiknya adalah karena negara dan perusahaan melawan balik, biaya tersebut turun menjadi $ 1,3 miliar tahun 2015.
Pada 2011, pembajakan mencapai puncaknya ketika perompak Somalia menyerang ratusan kapal di lepas pantai Afrika setiap tahun.
Syukurlah aktivitas bajak laut telah berkurang karena operasi kontra-pembajakan dan intervensi militer oleh koalisi negara yang luas.
Dengan peningkatan keamanan dermaga dan tanggapan militer di Indonesia, jumlah insiden telah berkurang setengahnya sepanjang tahun 2016.
Meski dengan kemajuan yang terjadi, pembajakan masih menjadi masalah besar di Teluk Guinea, yang berada di lepas pantai Nigeria.
Daripada mengambil alih kapal tanker minyak, mereka mulai mengambil awak dan menahan mereka untuk mendapatkan uang tebusan, menurut Biro Maritim Internasional.