Menciptakan Bola Api Raksasa, Seperti Ini Detik-detik Serangan Rudal Mematikan di Salah Satu Negara Paling Korup di Dunia, Buat 22 Tewas dan Puluhan Lainnya Luka-luka

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Menjelang akhir tahun 2020, terjadi sebuah serangan mematikan di salah satu negara Timur Tengah.

Tepatnya di Negara Yaman.

Dilansir darisputniknews.com pada Kamis (31/12/2020), sedikitnya 22 orang tewas dan lebih dari 50 lainnya terluka dalam serangan pada Rabu (30/12/2020) di Bandara Aden, Yaman.

Siapa pelakunya?

Baca Juga: Banyak Negara Arab Berbondong-bondong Berdamai dengan Israel demi 'Kenyamanan', Justru TunisiaLakukan Hal Sebaliknya, Sebut Tak Akan Khianati Palestina

Moammar Al-Eryani, Menteri Informasi di pemerintahan baru yang didukung Arab Saudi, telah menyalahkan serangan itu pada milisi Houthi meskipun kelompok tersebut belum mengeluarkan pernyataan resmi.

Perlu Anda tahu bahwamilisi Houthi merupakan salah satugerakan Islam politik-bersenjata.

Kelompok ini muncul dari Sa'dah di Yaman utarasejak 1990-an.

Mereka adalah dari sekte Syiah Zaidiyah, meskipun gerakan ini kabarnya juga termasuk Sunni.

Baca Juga: Meski Jadi Musuh Sejuta Umat,Nyatanya Donald TrumpSukses Buat 2 Negara Timur Tengah Ini Berdamai, Kesepakatan Ini yang Jadi Penyebab, Tak Pernah Dibayangkan Presiden AS Lainnya

Bicara soal Sunni, kelompok ini seperti ISIS atau al-Qaeda.

Rekaman pertama yang menunjukkan serangan di Bandara Aden telah muncul secara online.

Dalam video tersebut, yang belum diverifikasi secara independen, sebuah rudal menghantam landasan dan menciptakan bola api yang hampir menghabiskan kendaraan yang tidak bergerak di dekatnya.

Rekaman itu juga menunjukkan asap mengepul dari gedung terminal di dekatnya dan suara tembakan yang jelas ketika pejabat pemerintah dan militer, jurnalis, dan pengamat menunduk untuk berlindung atau masuk ke kendaraan dalam upaya untuk menghindari pembantaian.

Sedikitnya 22 orang tewas dan puluhan lainnya terluka setelah serangan Rabu di Bandara Aden.

Seorang sumber mengatakan kepada Sputnik bahwa tidak ada anggota kabinet baru Yaman yang terluka.

Para menteri tersebut dikatakan telah dipindahkan ke keamanan istana presiden Maasheeq.

Menteri informasi pemerintah yang baru menyalahkan serangan itu pada Houthi, kelompok milisi yang telah menguasai sebagian besar negara.

Termasuk ibu kota Sanaa, selama lebih dari enam tahun, dan telah menjadi sasaran koalisi pimpinan Saudi sejak 2015.

Kabinet baru tiba di Aden setelah upacara pelantikan resmi di Riyadh, Arab Saudi pada hari Sabtu.

Baca Juga: Kebenciannya Terhadap Iran Sudah Mendarah Daging, Sebelum Lengser, Trump Berencana Berikan 'Pukulan Telak' Ini pada Iran, Langsung Bisa Sebabkan Perang Besar

Pelantikan itu terjadi setelah kesepakatan pembagian kekuasaan telah dicapai antara pemerintah presiden pengasingan yang berbasis di Saudi Abd Rabbu Mansour Hadi dan Dewan Transisi Selatan (STC), pemerintah separatis menguasai sebagian besar wilayah selatan negara itu.

Mendapat dukungan dari Uni Emirat Arab, STC dibentuk pada 2017, dua tahun setelah Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya memulai intervensi mereka dalam konflik Yaman.

Houthi sendiri belum mengaku bertanggung jawab atas serangan bandara hari Rabu.

Namun, kelompok tersebut sebelumnya telah meluncurkan lusinan serangan rudal dan drone terhadap loyalis Hadi, STC dan Arab Saudi, yang mengenai fasilitas militer, bandara, pelabuhan, dan infrastruktur lainnya.

Pada September 2019, kelompok tersebut bertanggung jawab atas serangan besar-besaran terhadap sepasang fasilitas pemrosesan minyak Saudi yang untuk sementara waktu mengurangi produksi minyak kerajaan.

Perang di Yaman telah menghancurkan negara yang sudah miskin itu, dengan lebih dari 233.000 orang tewas, baik selama pertempuran maupun sebagai akibat dari krisis kemanusiaan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa hingga 22 juta orang, atau tiga perempat dari populasi negara, sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk bantuan makanan yang mendesak.

Baca Juga: Berhasil Lengserkan Donald Trump, Begini Reaksi Pemimpin di Timur Tengah Terkait Kemenangan Joe Biden, 'Biden Lebih Fleksibel dan Rasional, Tapi...'

Artikel Terkait