Korset atau rompi itu sendiri dapat dikaitkan dengan penerjun payung AS dan dibuat "dari bahan berpori-pori, dengan kain tenun lebih ketat di bawahnya sehingga cakar burung dara tidak akan merusak jaring," tulis NMAH.
"Rompi itu dibentuk sesuai tubuh merpati, membiarkan kepala, leher, ujung sayap, ekor, dan kakinya terbuka."
Merpati yang sering digunakan sebagai burung pos, dipekerjakan oleh berbagai negara selama Perang Dunia Kedua.
Memang tampaknya seperti metode aneh, tapi justru metode ini paling aman dan bisa diandalkan untuk berkomunikasi.
Jarang diketahui juga, Pasukan Sinyal Militer mengirim kurang lebih 30 ribu pesan lewat merpati, dengan 96% sampai ke tujuan mereka.
Merpati, beberapa juga menyebutnya merpati pos, bisa terbang dengan kecepatan 50 mil per jam (81 km per jam) dan bepergian rata-rata 25 mil per misinya (40,5 km per jam), meskipun mereka juga bisa pergi sejauh 600 mil jika perlu (960 km).
Pesan dimasukkan dalam kapsul kecil yang diikatkan di kaki merpati, tapi dengan korset desain Maidenform, pawang dan anggota layanan bisa melampirkan barang berisi pesan yang lebih besar, termasuk peta, foto, laporan atau bahkan kamera kecil.