Penulis
Intisari-online.com - Beberapa waktu lalu, sebuah surat kabar berbasis di Amerika, Axios menerbitkan seorang mahasiswi China yang dituduh sebagai mata-mata.
Dia dianggap menggunakan kecantikannya untuk merayu banyak politisi di Amerika.
Sementara itu, wanita yang diketahui bernama Christina Fang, atau Fang Fang adalah mata-mata Kementerian Keamanan Nasional China.
Axios mengatakan bahwa Fang Fang datang ke AS dengan menyamar sebagai mahasiswi.
FBI menyebut telah lama menyelidiki tentang keberadaan Fang Fang, karena dianggap mempengaruhi dunia politik di Amerika.
Axios yang megutip sumber dari FBI mengatakan, Fang Fang juga telah tidur dengan setidaknya 2 walikota di Amerika untuk memperoleh informasi penting.
Menurut 24h.com.vn, Selasa (22/12/20) tahun 2015, ketika FBI aktif melakukan penyelidikan, Fang Fang tiba-tiba kembali ke China dan tidak pernah kembali ke AS.
Sementara itu, tuduhan terhadap Fang sebagai mata-mata China ternyata juga mendapat respon dari China baru-baru ini.
The Hoan Cau Times, sub-publikasi People's Daily, pada 21 Desember, corong Partai Komunis di China, pada 21 Desember, diketahui mengetahui masalah tersebut.
Namun, mereka menolak melakukan penyelidikan terhadap surat kabar Amerika tersebut.
Mereka mengatakan, sumber dari Amerika tersebut telah memalsukan dan memfitnah China.
Sumber tersebut menyarankan agar media AS dan orang-orang terkait berhenti merusak citra warga Tiongkok dan meracuni hubungan AS-Tiongkok dalam gaya Perang Dingin.
"Apa yang harus dilakukan Amerika sekarangseharusnya berkontribusi pada upaya menstabilkan hubungan AS-China, bukan membuat dan menyebarkan rumor palsu," kata sumber itu.
Hoan Cau tidak mengungkapkan apakah sumber itu dari Kementerian Keamanan China atau lembaga terkait.
Para sarjana China juga menentang informasi yang diterbitkan oleh surat kabar AS, mengklaim bahwa ini mewakili kemerosotan politik Amerika.
Shen Yi, seorang profesor di Sekolah Hubungan Internasional Universitas Fudan, mengatakan di surat kabar Hoan Cau.
Bahwa agen AS tidak menemukan bukti konkret, hanya berspekulasi tentang gaya hidup politisi dan aktivitas sosial.
Shen berkata bahwa beberapa surat kabar Amerika dengan sengaja menyebarkan berita palsu untuk merusak lingkungan politik di negara tersebut.
"Apakah cerita itu berdasarkan bukti? Mengapa mereka melaporkan tentang apa yang terjadi 10 tahun yang lalu?" Tanya Shen, berpikir bahwa ini adalah hype surat kabar AS tentang ancaman China.
Lu Xiang, seorang peneliti Amerika di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok di Beijing.
Menyebut hal itu adalah bukti bahwa mitos dapat berubah menjadi senjata untuk melawan politisi Amerika, dan juga ditujukan untuk memfitnah China.
"Kisah mata-mata itu dimaksudkan untuk menciptakan hubungan AS-China gaya Perang Dingin yang tegang," kata Lu.
"Kami berharap AS dapat mengubah situasi ini, terutama dengan media, ketika Presiden terpilih Joe Biden secara resmi menjabat pada Januari, karena itu juga merugikan Amerika," katanya.