Mesin pesawat pun kemudian dimatikan dan sejumlah pasukan antiteror kemudian menembakkan MP5 ke arah tanggul yang menjadi penahan panas yang keluar dari knalpot (exhaust) pesawat.
Semua senapan MP5 yang masih terbilang baru itu ternyata macet ketika ditembakkan. Mayjen Benny pun terkejut bukan kepalang.
Mayjen Benny lalu memerintahkan ajudannya untuk mengambil peluru baru di kantornya yang berlokasi di Tebet, Jakarta dan hanya berjarak beberapa menit dari Lanud Halim.
Ketika peluru yang masih baru dicoba ternyata bisa meletus sempurna. Jadi penyebab kemacetan ternyata peluru yang semula dibagikan sudah kadaluwarsa.
Setelah semua pasukan antiteror mencoba semua senjatanya dan sukses, pesawat pun bertolak ke Bangkok dan tiba pada 30 Maret 1981.
Pada 31 Maret 1981 dini hari pasukan antiteror pun menyerbu pesawat DC-9 Woyla yang dibajak dan sukses membebaskan sandera sekaligus melumpuhkan 5 teroris dalam waktu tiga menit.
Namun yang pasti, jika Kolonel Sintong tidak memberanikan diri untuk mencoba menembakkan MP5, operasi pembebasan sandera bisa dipastikan gagal.
Pasalnya kelima pembajak bersenjata pistol dan granat tangan serta merupakan orang-orang terlatih dalam penggunaan senjata api. (Agustinus Winardi)
(Sumber : Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, Hendro Subroto, Penerbit Buku Kompas 2009).
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari