Penulis
Intisari-Online.com - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden baru akan menjabat pada Januari 2021 mendatang.
Walau begitu, sudah banyak pemimpin negara yang menghubungi Biden untuk mengajukan permohonan.
Entah itu kembali berhubungan atau sekedar perjanjian damai.
Para negara itu tentu berharap Biden akan berbeda dengan sikap Presiden AS saat ini, Donald Trump.
Namun dari semua itu, adakah yang menarik atau tidak menarik di mata sang Presiden baru AS itu?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Sabtu (19/12/2020), Biden dilaporkantelah menguraikan visinya selama beberapa hari pertamanya di Gedung Putih.
Dan di antara beberapa visinya, dia menegaskan bahwa tidak ada kesepakatan perdagangan dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Sebaliknya, mantan wakil presiden tersebut mengatakan bahwa dia akan mengadopsi kebijakan "America First" yang serupa dengan Trump dan akan "berjuang sekuat tenaga" untuk berinvestasi di perusahaan dan karyawan AS.
"Saya tidak akan membuat perjanjian perdagangan baru dengan siapa pun sampai kita telah melakukan investasi besar di sini, di rumah, di pekerja, dan di pendidikan," kata Biden.
Berbicara kepada New York Times, Biden menambahkan: "Saya ingin memastikan kita akan berjuang mati-matian dengan berinvestasi di Amerika terlebih dahulu."
Diketahui Inggris secara resmi akan meninggalkan (Brexit) keanggotaan Uni Eropa dan pasar tunggal mulai 1 Januari.
Dan kemudian akan bebas untuk secara resmi memulai hubungan perdagangan baru dengan negara-negara di seluruh dunia.
Biden akan dilantik sebagai Presiden AS ke-46 pada 20 Januari dan pejabat Inggris telah melakukan kontak dengan tokoh-tokoh senior Demokrat.
Biden, yang menjabat sebagai orang kedua selama pemerintahan Barack Obama, sebelumnya telah menyatakan pandangan anti-Brexitnya.
Sebelum referendum Uni Eropa pada tahun 2016, mantan presiden Obama terkenal mengatakan Inggris akan berada di "antrian belakang" untuk kesepakatan perdagangan AS jika Inggris memilih untuk pergi.
Melihat hal itu, baru-baru ini, Biden memperingatkan Perdana Menteri Inggris bahwa tidak akan ada kesepakatan perdagangan AS jika Perjanjian Jumat Agung menjadi "korban" Brexit.
"Kami tidak dapat membiarkan Perjanjian Jumat Agung yang membawa perdamaian ke Irlandia Utara menjadi korban Brexit."
“Setiap kesepakatan perdagangan antara AS dan Inggris harus bergantung pada penghormatan terhadap Perjanjian dan mencegah kembalinya perbatasan yang keras. Titik."
Namun, pada hari Kamis, Inggris diberikan dorongan tak terduga setelah perwakilan perdagangan Donald Trump mengonfirmasi bahwa dia sedang dalam pembicaraan dengan Inggris mengenai kesepakatan sebelum Presiden ke-45 AS meninggalkan kantor bulan depan.
Robert Lighthizer mengonfirmasi diskusi sedang berlangsung dengan Menteri Perdagangan Internasional Liz Truss mengenai serangkaian kesepakatan kecil.
Berbicara kepada BBC, dia menyimpulkan kesepakatan dapat disepakati untuk menghapus tarif wiski Scotch yang saat ini berjumlah 5,6 miliar Poundsterling.
"Saya sedang berbicara dengan Liz Truss tentang mencoba membuat suatu kesepakatan," ucapLighthizer.
“Saya berharap kita bisa mendapatkan semacam kesepakatan, Anda tahu, kita tidak punya banyak waktu tersisa."
"Kami memiliki keuntungan karena baik AS dan Inggris - terutama Pemerintah Inggris saat ini - bukan merupakan pemberi subsidi yang besar, di mana beberapa negara lain lebih cenderung untuk memberikan subsidi."
"Jadi akan sangat membantu jika kita bisa mencapai semacam kesepakatan."