Penulis
Intisari-online.com - China dikenal sebagai negara yang gemar melakukan eksperimen gila.
Salah satu yang sedang banyak dibicarakan oleh banyak orang adalah China dituduh sedang melakukan projek manusia berkekuatan super.
Menurut Daily Star, banyak teori yang semakin memperjelas mengenai proyek rahasia China tersebut, mengatakan China sedang mengembangkan liga tentara super.
Mereka menggunakan teknik penyuntingan genetik untuk menciptakan manusia berkekuatan super.
Pada Minggu lalu John Raclife, direktur intelijen nasional Donald Trump mengklaim pemerintah China sedang mengembangkan biologis pada tentaranya.
Tujuannya adalah untuk mendominasi planet bumi, secara ekonomi dan militer dan teknologi.
Salah satunya menggunakan manusia berkekuatan super, yang dijadikan tentara oleh China.
Menurut Raclife, dalam Wall Street Journal, China memanfaatkan pengeditan gen CRISPR, untuk memodifikasi embrio manusia.
Kemudian mereka mengembangbiakkan personel militer, yang mampu bertempur lebih keras, lebih lama, dan efisien.
Tuduhan itu disambut dengan keterkejutan dan ketidakpercayaan, tetapi sekarang lebih banyak pakar intelijen telah menguatkan bahwa itu lebih dari mungkin dan konsekuensinya bisa parah.
Koresponden Keamanan Nasional NBC Ken Dilanian mengatakan itu, "bukan sesuatu yang disiarkan China secara publik" dalam sebuah wawancara pada hari Senin.
"Awalnya saya skeptis akan hal ini, tetapi saya mulai mencari-cari dan menemukan bahwa beberapa pakar militer di dunia think tank telah menulis tentang ini," katanya.
"Mereka telah menemukan komentar publik dari ilmuwan China dan jenderal China yang berbicara tentang minat mereka dalam menerapkan bioteknologi di medan perang," jelasnya.
"Secara khusus menggunakan teknik penyuntingan gen CRISPR untuk memanipulasi DNA manusia dengan cara yang dapat meningkatkan kinerja," imbuhnya.
"Jadi bayangkan seorang penembak jitu yang bisa melihat dua kali lebih jauh dari manusia normal, atau tim komando yang bisa bertahan hanya dalam tiga jam tidur dan memiliki kekuatan super," paparnya.
Namun kemungkinan menakutkan ini tidak mungkin membuahkan hasil dalam waktu dekat, tambah Dilanian.
"Saya pikir kita masih jauh dari itu, tetapi gagasan bahwa China sedang mempelajari hal-hal ini cukup mengganggu karena di Barat kami menganggap itu tidak etis," katanya.
"Teknik penyuntingan gen CRISPR digunakan untuk menyembuhkan kelainan genetik dan memperbaiki tanaman untuk makanan," jelasnya.
"Tetapi tidak untuk meningkatkan kinerja manusia karena manusia tidak benar-benar memahami implikasi dari gangguan gen dalam jangka pendek atau jangka panjang," katanya lagi.
Ratcliffe mengutip intelijen ini untuk menunjukkan bahwa dalam pandangannya, China tidak akan berhenti untuk menjadi kekuatan militer yang dominan.
Dilanian menambahkan bahwa AS mengandalkan komunitas intelijennya untuk informasi tentang kemajuan teknologi China seperti kecerdasan buatan dan komputasi kuantum.
Tetapi sebuah laporan baru-baru ini menemukan mata-matanya "tidak melakukan pekerjaan dengan baik".
Namun dengan lengsernya Trump dariGedung Putih pada Januari, itu semua bisa berubah.
"Sebagian dari apa yang dikatakan Ratcliffe minggu lalu adalah dia ingin meningkatkan anggaran untuk memata-matai China, dan pemerintahan Biden tidak terlalu jauh dari ini," jelasnya.
Mereka juga setuju bahwa China adalah ancaman keamanan nasional dan mereka ingin mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk menghadapinya, termasuk di dunia intelijen, dalam memata-matai.
Ada perdebatan luas tentang etika menggunakan alat seperti CRISPR untuk meningkatkan genom manusia.
Ahli biologi China He Jiankui memicu kontroversi ketika dia memodifikasi gen embrio kembar yang digunakan untuk IVF.
Hal itu mengakibatkan kelahiran dua anak perempuan yang dia klaim memiliki kekebalan alami terhadap HIV.
Dua spesialis pertahanan Amerika yang mengkhususkan diri dalam studi penelitian militer China menulis dalam sebuah makalah tahun lalu bahwa meskipun menggunakan CRISPR.
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja medan perang hanyalah kemungkinan hipotetis hari ini, terdapat indikasi bahwa peneliti militer China mulai mengeksplorasi potensinya.