Find Us On Social Media :

Sering Berlagak Jadi Polisi Dunia Soal Kejahatan Perang, Faktanya Amerika Malah Manjakan Para Penjahat Perangnya Sendiri

By Mentari DP, Kamis, 3 Desember 2020 | 13:40 WIB

Militer Amerika Serikat (AS).

Trump telah berulang kali menyatakan dukungannya untuk penyiksaan dan kekejaman dalam perang.

Bahkan memberikan pengampunan.

 

Tetapi meski retorika kekerasan Trump masih baru, impunitas yang efektif bagi tentara AS di negeri asing tidaklah demikian.

Kebencian Irak terhadap pasukan AS terlihat jelas dan penuh kekerasan, tetapi pengampunan tersebut juga akan semakin merusak kredibilitas AS di antara sekutunya yang lebih tenang.

Hal itu terutama terjadi di Asia Timur, di mana ketidakadilan keadilan militer AS sering membuat marah penduduk setempat.

Di Korea Selatan, Jepang, dan Filipina, antara lain, impunitas personel militer AS yang dirasakan telah membuat penduduk menentang keberadaan pangkalan militer, memicu protes massal, dan hubungan diplomatik yang tegang.

Pelanggaran individu atas kedaulatan, seperti yang dilihat pengunjuk rasa, mendorong keluhan ini.

Tetapi itu juga terkait dengan tradisi anti-Amerika yang lebih luas yang dipicu oleh kegagalan berulang Amerika Serikat untuk mengadili tentaranya sendiri secara adil.

Meskipun kegagalan keadilan ini terjadi di berbagai negara, dan pada waktu yang berbeda, mereka membentuk bagian yang kuat dari ingatan sejarah kolektif.

Pengunjuk rasa Korea Selatan sering merujuk pada pembantaian AS di Vietnam — di mana pasukan Korea Selatan juga melakukan kekejaman — serta kengerian yang dilakukan selama Perang Korea itu sendiri.

Kegagalan besar Irak adalah batu ujian bagi mereka yang menentang kehadiran AS di seluruh dunia.

Baca Juga: 20 Tentara India Tewas Dalam Bentrokan Mematikan Tanpa Senjata di Perbatasan, Amerika Bongkar Sikap Busuk China, 'Sudah Mereka Rencanakan Matang-matang'