Penulis
Intisari-Online.com - Malaysia merupakan negara tetangga Indonesia.
Walau begitu, kondisi Malaysia dan Indonesia sangat jauh berbeda. Khususnya dalam dunia militer.
Saat ini, Indonesia menempati urutan ke-16 sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Sementara Malaysia harus puas menempati urutan ke-44 dari 138 negara.
Hal itu berdasarkan data dari Global Fire Power tahun 2020.
Akan tetapi, tanpa memikirkan posisinya itu, hubungan Malaysia dan China terancam memanas.
Ketika Indonesia berupaya tak ikut campur konflik dengan China, pemerintah Kuala Lumpur malah membuat panas pemerintah China.
Hal ini setelah Kuala Lumpur tak akan mengekstradisi warga Uighur yang telah melarikan diri dari China.
Meski tak pernah diungkapkan ke publik, namun keputusan ini ditemukan dalam sebuah catatan dari pemerintah Malaysia kepada parlemennya.
Hal ini menandai pertama kalinya Malaysia menyatakan posisinya soal isu Uighur.
"Ini kemungkinan akan membuat marah Beijing."
"Tetapi itu adalah posisi yang bertanggung jawab," ujar Robert.
Posisi Malaysia mungkin mengakibatkan beberapa orang Uighur yang tersisa dan masih tersebar di seluruh Asia Tenggara mencari perlindungan di Malaysia.
Sementara sebagian besar orang Uighur yang telah melarikan diri dari China melalui Asia Tenggara pada akhirnya berusaha untuk melakukan perjalanan ke Turki.
“Tidak ada bukti bahwa Uighur saat ini dapat melarikan diri dari China sama sekali,” kata Roberts.
Mustafa Akyol, penulis asal Turki yang berfokus pada Islam dan modernitas, mengatakan posisi Malaysia menandai awal langkah dari negara-negara mayoritas Muslim untuk melindungi Uighur dari murka China.
Di saat penganiayaan terhadap warga Uighur di China telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dia bilang banyak pemimpin Muslim berpaling ke arah lain.
Ini karena persahabatan mereka dengan China.
Menurutnya, pesan Beijing bahwa tiap negara tidak boleh ikut campur dalam urusan dalam negeri satu sama lain, kemungkinan beresonansi dengan di antara pemimpin.
Ribuan orang Uighur meninggalkan Tiongkok melalui Asia Tenggara dari tahun 2010 hingga 2016 sebagai akibat dari meningkatnya represi di wilayah Uighur di China.
Human Rights Watch (HRW) telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia yang serius terhadap orang Uighur.
Termasuk penahanan sewenang-wenang massal terhadap setidaknya 1 juta orang, penghilangan paksa, pengadilan yang sangat politis yang berakhir dengan hukuman mati dan penyiksaan dalam tahanan.
(Tendi Mahadi)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Malaysia bisa memicu kemarahan China, ini alasannya")