Find Us On Social Media :

Pantas Kim Jong-Un Santai-santai Hadapi Pandemi Virus Corona, Ternyata Korea Utara Sudah Dapatkan Vaksin dari China, Diktator Itu Bahkan Telah Disuntik

By Mentari DP, Selasa, 1 Desember 2020 | 09:30 WIB

Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.

Intisari-Online.com - Korea Utara merupakan salah satu negara yang mengklaim tidak memiliki satu pun kasus virus corona (Covid-19).

Alasannya karena Korea Utara telah mengamankan perbatasan dengan China.

Serta memeriksa seluruh orang yang baru datang ke Korea Utara.

Walau beberapa pakar kesehatan tidak percaya, namun Korea Utara tidak peduli.

Baca Juga: China Sudah Tak Bisa Berbohong, Laporan Awal Kasus Covid-19 di China Akhirnya Bocor dan Terkonfirmasi Ada Kebohongan, 'Jumlahnya Lebih 2 Kali Lipat Namun Tidak Diakui'

Nah, ternyata ada lagi satu alasan mengapa Korea Utara begitu santai hadapi pandemi virus corona.

Dilansir dari express.co.uk pada Selasa (1/12/2020), Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un dilaporkan telah menerima vaksin virus corona yang diberikan oleh China.

Bahkan Kim dan beberapa "pejabat tinggi" lainnya dilaporkan telah divaksinasi dalam beberapa minggu terakhir.

Itu terjadi hanya beberapa hari setelah media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa negara itu telah memberlakukan tindakan yang lebih keras daripada sebelumnya untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Baca Juga: Selama Ini Dituduh Infeksi Dunia, Ternyata Bukan China yang Jadi Tempat Asal Usul Virus Corona, Melainkan 3 Negara Ini, Salah Satunya Musuh China!

Negara rahasia itu belum melaporkan kasus positif apa pun.

Meskipun awal tahun ini mereka mengunci seluruh kota Kaesong karena khawatir sebuah kasus mungkin telah muncul di sana.

Sekarang, outlet berita keamanan nasional 1945 mengatakan beberapa anggota Pemerintah Utara telah menerima suntikan Covid-19 China.

Laporan itu mengutip dua pejabat intelijen Jepang.

Namun, tidak jelas vaksin mana yang diterima Korea Utara atau berapa banyak dosisnya.

Diketahui China memang memiliki beberapa vaksin potensial yang sedang dikerjakan.

Ketua perusahaan farmasi China Sinopharm Group mengklaim hampir 1 juta orang di China telah menerima vaksinnya.

China meluncurkan program vaksin darurat pada Juli tahun ini, namun pemerintah Beijing belum banyak mengungkapkannya.

Sebab keamanan dan kemanjurannya belum dapat dipastikan.

Bagaimanapun, pengiriman vaksin kepada keluarga Kim Jong-Un dan pejabat tinggi Korea Utara dilakukan di tengah tantangan ekonomi yang dihadapi negara tersebut.

Kim mengumumkan keadaan darurat pada Juli setelah hujan lebat melanda negara itu, menghancurkan ratusan rumah.

Banjir juga memicu kekhawatiran tentang pasokan makanan dan kerusakan tanaman, dan Palang Merah Korea Utara mengerahkan lebih dari 40.000 sukarelawan untuk membantu masyarakat.

Baca Juga: China Sudah Menipu Seluruh Dunia, Nyatanya Bukan Hanya Negeri Panda, Negara Ini Juga Diklaim 'Negara Berbahaya' di Laut China Selatan, Fakta Perusak Ini yang Jadi Buktinya

 

Ada spekulasi bahwa China dapat memberikan dosis vaksin virus corona yang cukup untuk menyuntikkan seluruh populasi Korea Utara.

Doug Bandow, seorang rekan senior di lembaga pemikir kebijakan publik Cato Institute di AS, mengatakan pada 1945 bahwa populasi Korea Utara "sedikit menurun" dibandingkan dengan China.

“Pemerintah Xi dapat menjaga seluruh negara jika diinginkan," ucap Doug Bandow.

Keputusan untuk melakukannya juga akan menegaskan kedekatan baru dengan hubungan bilateral.

Korea Utara memang beberapa kali dilaporkan mencari data mengenai vaksin virus corona.

Misalnya pada Minggu lalu, seorang peretas Korea Utara mencoba mengakses sistem TI AstraZeneca, perusahaan farmasi Inggris yang terlibat dalam produksi vaksin virus korona Inggris yang akan datang, bersama Universitas Oxford.

Menurut Reuters, yang mengutip dua orang yang dekat dengan masalah tersebut, para peretas berusaha menyamar sebagai perekrut pekerjaan online.

Mereka menggunakan platform media sosial seperti WhatsApp dan LinkedIn dan mencoba menghubungi staf AstraZeneca.

Dokumen yang dilampirkan ke undangan pekerjaan terinfeksi dengan virus komputer yang akan memberi peretas akses ke komputer AstraZeneca.

Namun, diperkirakan bahwa upaya peretasan tersebut tidak berhasil.

Pada saat penulisan, Covid-19 telah menewaskan 1.460.477 orang di seluruh dunia dan total ada 62.757.540 kasus positif.

Hal itu menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Eropa.

Baca Juga: Maruknya Bukan Main, Tak Hanya Bangun Puluhan Pangkalan Militer di Laut China Selatan, China Juga Dikhawatirkan Bangun Fasilitas Militer di Wilayah Kaya Raya Ini, Para Ahli Beberkan Buktinya