Penulis
Intisari-Online.com -Rabu (25/11/2020),Komando Armada I (Koarmada I) TNI Angkatan Laut mengerahkan sembilan kapal perang dan satu pesawat udara diLaut Natuna Selatan.
Hal itu dilakukan dalam latihan Operasi Dukungan Tembakan Tahun 2020 di Laut Natuna Selatan, Kepulauan Riau.
Panglima Koarmada I TNI AL, Laksamana Muda TNI Abdul Rasyid mengatakan, latihan ini digelar untuk mengukur kemampuan operasional Koarmada I sekaligus upaya mendukung tugas TNI Angkatan Laut.
"Latihan ini dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan personel, unsur-unsur KRI Koarmada I, serta mensinergikan dengan unsur terkait sebagai unsur pendukung dalam setiap melaksanakan kegiatan operasi," ujar Rasyid dalam keterangan tertulis, Rabu (25/11/2020).
Adapun sembilan kapal perang yang dikerahkan meliputi, KRI Bung Tomo -357, KRI John Lie-358, KRI Sutedi Senoputra-378, KRI Tjiptadi-381, KRI Barakauda-633, KRI Kujang-642, KRI Surik-645, KRI Parang-647, dan KRI Bubara-868.
Sedangkan satu pesawat udara yakni Pesud CN-235 P-8303 yang dalam latihannya melakukan manuver lapangan.
Rasyid menambahkan, latihan ini bersifat interoperabilti antar-satuan.
Sehingga, dibutuhkan kerja sama taktis unsur latihan yang meliputi komando, pengendalian dan komunikasi.
Menurut dia, pelaksanaan latihan ini mengutamakan prosedur secara cermat dan benar guna terwujudnya zero accident.
Selain itu, latihan ini juga sebagai upaya menjalankan TNI AL menangkal dan menindak setiap bentuk ancaman militer serta ancaman bersenjata di pertahanan laut.
"Gelar Operasi Militer Perang (OMP) Koarmada sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan," Kata Pangkoarmada I.
KRI Bung Tomo
KRI Bung Tomo-357 merupakan kapal perang yang dibeli dari Inggris oleh TNI Angkatan Laut pada tahun 2013 lalu.
Penamaan Bung Tomo baru dilakukan pada 4 Desember 2014 bersamaan dengan KRI Usman Harun.
Nama Bung Tomo yang dijadikan sebagai nama kapal yang bermarkas di Pangkalan Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya, itu didasari karena kegigihan Bung Tomo.
Bung Tomo yang lahir di Surabaya ini terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
KRI Bung Tomo memiliki panjang 95 meter, lebar 12,7 meter, dengan berat 2.300 ton.
Dengan kemampuan mesin 4 x MAN 20 RK270 diesel, kapal ini memiliki kecepatan 30 knot.
Misi pencarian pesawat dan jenazah AirAsia adalah misi yang pertama kalinya dilakukan kapal jenis multi-roll light frigat ini.
Sistem persenjataan
Berdasarkan situs TNI Angkatan Laut, persenjataan KRI ini cukup canggih dengan didukung oleh platform system yang baik, di antaranya, radar navigasi, radar surveillance untuk mendukung pengamatan udara, serta radar tracker senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran meriam 76 mm otomelara super rapid gun (OSRG) dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai ciws (close in weapon system) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.
Kelengkapan sistem sensor senjata juga dilengkapi dengan EOTs (electro optical tracker system) untuk pengendalian meriam kapal dan pengamatan secara visual oleh kamera video yang ada.
Propulsion system maupun pesawat-pesawat bantu yang ada di kapal tersebut dikontrol secara komputerisasi oleh IPMS (integrated platform manajemen system) sehingga jika ada kerusakan atau failure pada salah satu sistem kapal akan terdeteksi secara dini.
Secara rinci, kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam oto melara 76 mm, 2 meriam MSI defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE System 324 mm untuk perang atas air dan bawah air.
Baca Juga: Manfaat Kombinasi Air Rebusan Jahe Kunyit dan Sereh, Yuk Dicoba!
Selain itu, dilengkapi pula dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan ke udara VLS MBDA MICA (BAE System), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet.
Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.
Sistem sonar
Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut Yayan Sofyan mengungkapkan, kapal dilengkapi sensor bawah air yang memiliki tingkat akurasi yang baik dalam mendeteksi dan mengklasifikasi kontak bawah air, yaitu sonar.
Dengan sistem ini, KRI Bung Tomo mendapatkan deteksi struktur yang sangat rapi di bawah laut tetapi perlu observasi lebih lanjut.
"Kami mengontak KRI Banda Aceh dan Dinas Hidrografi dan Oceanografi untuk mengirimkan alat yang dibutuhkan di lapangan, yaitu multibeam sonar, magnetometer, dan side scan sonar. Dari situ, didapat bentuk berupa ekor pesawat," kata Yayan.
Selain radar bawah laut, kapal terbaru yang nantinya masuk jajaran Satuan Kapal Eskorta Koarmatim ini juga dilengkapi dengan radar dan avionik sonar dengan jenis FMS 21/3 Hull Mounted Sonar buatan Thales, Perancis.
Pada 5 Januari 2015, KRI Bung Tomo menyelesaikan tugasnya dalam misi pencarian pesawat AirAsia dan kemudian digantikan oleh KRI Usman Harun.
Saat merapat ke Pangkalan Armada Timur, KRI Bung Tomo membawa sejumlah temuan puing pesawat, seperti sirip pesawat, lima buah unit kursi, emergency exit door, dudukan bayi, koper dan tas penumpang, hingga kamera dan bagian jendela pesawat.
Semua temuan itu akan diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Artikel ini tayang di Kompas.com dengan judul "Latihan di Laut Natuna Selatan, TNI AL Kerahkan 9 Kapal Perang dan 1 Pesawat" dan Nationalgeographic.grid.id dengan judul "Kenali KRI Bung Tomo, Kapal Perang Penemu Pertama Serpihan QZ8501"