"Semuanya sudah terjadi dan sudah selesai. Semuanya sudah berlalu sekarang," kata Matthew kepada BBC.
"Saya masih sangat muda saat itu sehingga saya tidak benar-benar mengerti semua yang terjadi."
Matthew menjalani konseling untuk membantunya beradaptasi dan proses itu berjalan lancar.
Ayah tirinya, Moussa Elhassani, meninggal dalam kejadian yang diduga merupakan serangan pesawat tak berawak pada musim panas 2017.
Sementara ibunya, Samantha Sally, divonis pada awal bulan ini atas pendanaan terorisme dan dijatuhi hukuman penjara selama enam setengah tahun.
Pada April 2015, keluarga yang tampak seperti keluarga Amerika pada umumnya itu, menyebrang ke wilayah ISIS dari provinsi perbatasan Turki, Sanliurfa.
"Kami berlari melintasi wilayah yang sangat gelap. Saat itu malam hari, ada banyak titik-titik dengan kawat berduri... Tidak banyak yang terpikirkan saat itu kecuali, 'Aku harus lari'," kata Matthew saat menceritakan cobaan yang dihadapinya itu untuk pertama kalinya kepada acara Panorama di BBC dan Frontline, sebuah acara yang ditayangkan PBS-lembaga penyiaran publik AS.
Di kota yang diklaim ISIS sebagai ibukotanya, Raqqa, ayah tiri Matthew, Elhassani, dikirim untuk pelatihan militer dan menjadi penembak jitu ISIS.