Find Us On Social Media :

Datangi Negara Musuh China Secara Rahasia, Identitas Pejabat Amerika yang Kunjungi Taiwan Ini Diperkirakan Bisa Bikin China Kepanasan, Sosoknya Dinilai Sangat Krusial dalam Militer

By Afif Khoirul M, Selasa, 24 November 2020 | 17:03 WIB

Tentara Taiwan

Intisari-online.com - Belakangan isu tentang Taiwan dan China menjadi perbincangan panas.

Hal itu disebabkan oleh kehadiran seorang petinggi Amerika yang secara rahasia mengunjungi Taiwan.

Menurut 24h.com.vn, pada Senin (23/11/20), kemungkinan sosok tersebut adalah pejabat militer AS berpangkat tinggi yang mengunjungi Taiwan.

Sebelumnya hal ini belum pernah terjadi selama bertahun-tahun lapor Reuters.

Baca Juga: Bertengger Nyaman sebagai Militer Paling Kuat di Dunia, Angkatan Darat AS Juga Sulit Dikalahkan, Ini 5 Alasannya

Pada 23 November, Reuters juga banyak memberi sumber media internasional soal kunjungan ini.

Namun, identitasnya dinilai masih belum jelas dan masih berupa spekulasi yang berkemban.

Akan tetapi, laporan itu mengatakan sebuah nama yang dinilai sangat penting dalam permiliteran di Amerika.

Bahkan, jika benar nama yang disebutkan ini yang mengunjungi Taiwan, hal itu bisa membuat China kepanasan.

Baca Juga: Nafsu China Untuk Gempur Taiwan Sudah Membara, Rencana China Untuk Gempur Taiwan Dipastikan Hanya Jadi Angin Saja, Pasalnya China Akan Alami Konsekuensi Mengerikan Ini Jika Nekat Gempur Taiwan

Laporan tersebut mengatakan, nama pejabat yang mengunjungi Taiwan diperkirakan adalah Laksamana Muda Michael Studenman Angkatan Laut AS.

Ini adalah kunjungan tanpa pemberitahuan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Studeman, laksamana bintang 2 militer AS saat ini direktur J2.

Ini adalah badan yang bertanggung jawab atas operasi intelijen di bawah Komando Indo-Pasifik Angkatan Darat AS.

Menurut Reuters, Studeman adalah pejabat militer AS paling senior yang pernah mengunjungi Taiwan selama bertahun-tahun.

Layanan diplomatik Taiwan sebelumnya mengkonfirmasi informasi tentang seorang pejabat AS yang datang ke pulau itu, tetapi merahasiakan identitas dan jadwalnya.

Menurut para ahli, jika Admiral Studeman benar-benar berada di Taiwan, China pasti "gila".

Baca Juga: Sudah Dilarang Berulang Kali, Raja Thailand Masih Saja di Jerman, Kecurigaan Jerman Tidak Surut, Ancam Usir Paksa Jika Memang Terbukti Memerintah dari Jerman

"AS dan Taiwan berinteraksi secara teratur. Kami menyambut baik kunjungan pejabat AS," kata Joanne Ou, juru bicara layanan diplomatik Taiwan.

"Namun, informasi dan jadwal kunjungan tidak akan dipublikasikan. Kami tidak menjelaskan atau berkomentar lebih lanjut," imbuhnya,

Sebelumnya, United Daily News of Taiwan membenarkan bahwa pejabat AS tiba di pulau itu dengan peralatan militer, tidak ada nomornya.

Plane Finder mengatakan bahwa penerbangan dari Hawaii markas besar Komando Indo-Pasifik Angkatan Darat AS, tiba di bandara Songshan, Taiwan, pada 22 November.

Sejak awal tahun ini, China telah mengirimkan 1.760 pesawat militer ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.

Para pengamat mengatakan bahwa kunjungan sesuatu yang "tidak biasa" dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Baca Juga: Padahal Lebih Dulu Jadi Penjajah di Timor Leste Ketimbang Indonesia, Negara Ini Malah Dipuja Setengah Mati Sedangkan Indonesia Dibenci Setengah Mati Oleh Timor Leste

Seorang pejabat militer senior seperti Studeman, pasti akan membuat Cina marah dan mengambil tindakan lebih keras di pulau itu.

"Kunjungan laksamana AS ke Taiwan tidak biasa dan belum pernah terjadi sebelumnya," kata Drew Thompson, mantan pejabat Departemen Pertahanan AS, berkomentar.

"Saya pikir pemerintahan baru Tuan Biden harus memikirkan kembali kunjungan pejabat AS ke Taiwan di masa depan. Risiko dari aktivitas ini lebih besar daripada manfaatnya," tambahnya.

"Jika pejabat itu benar-benar direktur J2, saya yakin ini belum pernah terjadi sebelumnya," kata Douglas Paal, mantan kepala Kantor Perwakilan AS di Taiwan, mengatakan.

"Di Beijing, ada lebih banyak seruan untuk menggunakan kekerasan untuk menyatukan Taiwan," kata Zhou Chenming, pakar militer yang berbasis di Beijing.

"Kunjungan semacam itu adalah kondisi yang memotivasi militer China untuk bertindak kapan saj," tambahnya.