Masa Jabatan Trump Berakhir Sebentar Lagi, Aliansi Iran Justru Pasang Waspada Tinggi, Mengapa?

Tatik Ariyani

Penulis

Intisari-Online.com - Sebentar jabatan Trump sebagai presiden AS berakhir.

Namun, Iran justru bertambah waspada menjelang akhir jabatan Trump tersebut.

Iran telah menginstruksikan seluruh aliansinya di Timur Tengah untuk berada pada kewaspadaan tinggi dan menghindari provokasi dengan Amerika Serikat ( AS) yang dapat menyebabkan pemerintah Trump meluncurkan serangan di masa akhirnya menjabat.

Permintaan tersebut disampaikan oleh seorang jenderal senior Iran kepada para sekutu di Baghdadpada pekan ini, seperti yang dilansiir dari ABC pada Sabtu (21/11/2020).

Baca Juga: Makin Menggila di Sisa Pemerintahannya, China Bocorkan 4 Rencana Donald Trump untuk Bikin Kisruh Dunia, 'Ada 4 Serangan yang Direncanakan China'

Hal itu mencerminkan kecemasan regional yang meningkat atas perilaku Presiden Donald Trump yang tidak dapat diprediksi.

Selain itu, ketidakpastian dalam periode transisi yang kacau hingga presiden terpilih, Joe Biden mengambil alih dalam dua bulan.

Sekutu Iran secara kolektif menyambut kekalahan pemilihan Trump.

Di bawah kepemimpinan Trump, ketegangan AS dengan Iran meningkat, mencapai puncaknya pada awal tahun, dengan serangan udara AS yang menewaskan jenderal tertinggi Iran, Qassim Soleimani, di bandara Baghdad.

Baca Juga: Dengan Kalimat 'Awan Gelap Langit Hitam' Kamis 19 November 532 Personel Kopassus Mendadak Dikumpulkan di Cijantung, Ternyata Inilah yang Sedang Terjadi

Iran meluncurkan serangan rudal balistik sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak yang fatal, menargetkan tentara AS di Irak dan melukai puluhan lainnya.

Trump juga secara sepihak menarik Amerika pada 2018, dari kesepakatan nuklir Iran dengan kekuatan dunia.

Ia bermaksud untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, dan memberlakukan kembali sanksi hukuman yang melumpuhkan ekonominya.

Iran sejak itu telah meninggalkan semua batasan pada program pengayaan uraniumnya, bahkan ketika mitra internasional lainnya dalam kesepakatan itu telah mencoba untuk menyelamatkannya namun gagal.

Sementara, pemerintahan Biden yang akan datang telah menyatakan rencana untuk bergabung kembali atau menegosiasikan kembali perjanjian nuklir 2015.

Namun, ada kekhawatiran yang berkembang atas apa yang mungkin dilakukan Trump, yang menolak untuk mengakui pemilihan, di hari-hari terakhir kepresidenannya, salah satunya bisa termasuk penyerangan terhadap musuh Amerika di luar negeri.

Baca Juga: Meski Datangnya dari Trump, Rencana Ambisiusnya Bakal Jadi 'Jebakan' untuk Biden, AS Harus Bersiap? Ini Perbandingan Kekuatan Militer China dan AS

Pada Kamis, seorang penasihat pemimpin tertinggi Iran memperingatkan dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press bahwa setiap serangan Amerika terhadap Iran dapat memicu "perang penuh" di wilayah tersebut.

“Kami tidak menyambut perang," kata Hossein Dehghan, yang bertugas di Pengawal Revolusi paramiliter Iran sebelum menjadi menteri pertahanan di bawah Presiden Hassan Rouhani.

Namun, kekhawatiran itu diragukan karena pada kenyataannya Trump telah memerintahkan penarikan pasukan AS di Irak dan Afghanistan untuk diselesaikan pada pertengahan Januari, tetapi secara umum masih ada kegelisahan karena ketidakpastian tindakan Trump.

Pemecatannya terhadap Menteri Pertahanan AS Mark Esper, 2 hari setelah pemilihan presiden memicu spekulasi tentang apakah itu terkait dengan rencana yang lebih luas untuk menyerang di luar negeri.

Shintaloka Pradita Sicca

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Aliansi Iran Pasang Waspada Tinggi Jelang Berakhirnya Masa Jabatan Trump"

Baca Juga: Kepergok Jadi Sasaran Mata-Mata Lima Negara Ini, China Langsung Mencak-Mencak Tak Terima dan Salahkan Amerika Karena Merasa Selalu Dijahati Negara-Negara Barat

Artikel Terkait