Penulis
Intisari-Online.com - Hasil Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) sudah diketahui semua orang.
Donald Trump dipastikan tak bisa mempertahankan posisinya sebagai Presiden AS.
Walau begitu, negara musuh AS tetap tidak melonggarkan kewaspadaannya terhadap sikap Trump.
Sebab, Trump masih akan memimpin AS setidaknya sampai akhir tahun 2020.
Bahkan kondisi ini membuat media pemerintah China memperingatkan, Presiden AS Donald Trump tengah mempersiapkan "kegilaan terakhir".
MelansirBusiness Insider, hal ini menyusul adanya laporan bahwa Trump berencana unjuk kekuatan sebelum dia meninggalkan jabatan pada Januari 2021.
BloombergdanAxiosmelaporkan awal bulan ini, Trump sedang mempertimbangkan sanksi berat dan serangan agresif terhadap China untuk menandai minggu-minggu terakhir masa kepresidenannya.
Pertama, sanksi tambahan terhadap pejabat partai dan institusi yang terlibat dalam tindakan keras China di Hong Kong.
Kedua, sanksi terhadap pejabat partai dan institusi yang terlibat dalam penganiayaan Muslim Uighur di Xinjiang.
Ketiga, memerangi penangkapan ikan ilegal.
Keempat,arahan untuk melindungi perusahaan teknologi AS dari eksploitasi China.
Pada hari Senin (16/11/2020), editorial di tabloidGlobal Timesyang dikelola pemerintah mengatakan laporan itu mengisyaratkan bahwa Trump kemungkinan akan melepaskan "kegilaan terakhir" terhadap Beijing.
"Pergeseran kebijakan China adalah 'warisan diplomatik' terbesar pemerintahan Trump, dan mereka ingin mencegah rebound dalam kebijakan China setelah mereka meninggalkan jabatan," kata editorial itu seperti yang dikutipBusiness Insider.
Global Timesmenambahkan, Trump kemungkinan akan membuat pernyataan sehingga dia dapat menyerang Biden karena lemah dalam melawan China jika dia mencalonkan diri lagi pada tahun 2024.
Trump dan sekutu Partai Republiknya memang terus mengatakan tentang pencalonan ini dalam beberapa pekan terakhir.
"Pemerintahan baru akan terus hidup dalam bayang-bayang 'Trumpisme'."
"Bahkan jika Biden membuat penyesuaian teknis pada kebijakan China-nya, Partai Republik juga dapat mengkritik 'lemahnya' kebijakan terhadap China dan menimbulkan masalah dalam pemilihan paruh waktu 2022 dan pemilihan presiden 2024," kataGlobal Times.
Dalam artikel terpisah tentang ancaman sanksi, Global Times juga menulis bahwa Trump dapat memberikan sanksi kepada China atas misi negara itu untuk mengendalikan Laut China Selatan dan upayanya untuk membuat pulau Taiwan bertekuk lutut.
John Ullyot, juru bicara Dewan Keamanan Nasional, mengatakan kepada Bloomberg: "Kecuali jika Beijing berbalik arah dan menjadi pemain yang bertanggung jawab di panggung global, presiden AS di masa depan akan merasa bunuh diri secara politik untuk membalikkan tindakan bersejarah Presiden Trump."
Trump telah menjatuhkan beberapa sanksi baru pada perusahaan China sejak kekalahannya dalam pemilihan umum.
Pada hari Kamis, ia menandatangani perintah eksekutif yang melarang perusahaan-perusahaan AS berinvestasi di 31 perusahaan China yang baru-baru ini dijatuhi sanksi terkait hubungannya dengan Tentara Pembebasan Rakyat China.
Trump menolak untuk mengakui hasil pemilihan, dan telah berulang kali membuat tuduhan penipuan pemilih tanpa memberikan bukti.
Tim kampanyenya telah mengajukan beberapa tuntutan hukum di beberapa negara bagian yang berupaya agar surat suara dihitung kembali, meskipun banyak yang telah ditolak.
(Barratut Taqiyyah Rafie)
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Media pemerintah China: Trump sedang mempersiapkan 'kegilaan terakhir' untuk Beijing")