Find Us On Social Media :

Dilantik Jadi Presiden Saja Belum, Joe Biden Siapkan Rencana Besar yang Buah China Ketar-Ketir, Sudah Hubungi Jepang dan Diskusi Hal Sensitif Ini

By Afif Khoirul M, Jumat, 13 November 2020 | 17:27 WIB

Kamala Haris wakil Presiden AS dampingi Joe BidenPresiden AS t

Intisari-online.com - Seperti kita ketahui, China dan Amerika kedua negara ini telah lama berseteru.

Sejak pemerintahan Donald Trump keduanya terus terlibat konfrontasi baik militer maupun ekonomi.

Amerika juga memberikan sanksi dagang pada China pada masa pemerintahan Donald Trump.

Selain itu kedua negara itu juga terus terlibat konfrontasi militer di Laut China Selatan.

Baca Juga: Ramalannya di Masa Depan Sering Menjadi Kenyataan, Terkuak Begini Penjelasan Produser dan Pemeran The Simpsons Bagaimana Mereka Memprediksi Masa Depan

Sementara hubungan keduanya memanas pada masa Donald Trump, lantas bagaimana dengan pemerintahan Amerika yang baru.

Pasalnya diketahui, Joe Biden berhasil memenangkan pemilu Amerika pada tahun 2020.

Otomatis, sebagai pemimpin negara yang baru sikap Joe Biden tentu berbeda dengan presiden pendahulunya.

Namun, menurut 24h.com.vn, pada Jumat (13/11/20), Joe Biden yang belum dilantik sebagai presiden tampaknya sudah memiliki rencana tersendiri pada China.

Baca Juga: Pemerintahannya Segera Berakhir, Donald Trump Diam-diam Pecat Pemimpin CIA Ini Demi Tutupi Dokumen Rahasia yang Sedang Diselidiki Ini, Rupanya Borok Donald Trump Bisa Terbongkar

Laporan itu menyatakan, pada 12 November melakukan panggilan telepon pada perdana menteri Jepang, Suga Yoshihide.

Dalam percakapannya, keduanya membahas tentang kemanan di Kepulauan Diaoyu/Senkaku.

Hal ini membuat Beijing merasa tak nyaman dengan perundingan tersebut.

Pakar China mengatakan bahwa Biden belum menjabat tetapi telah berdiskusi dengan Jepang tentang masalah "sensitif".

Seperti membahas kepulauan Senkaku/Diaoyu sebagai langkah untuk menyelidiki tanggapan China.

Kepulauan Senkaku (menurut China disebut Diaoyu) telah lama menjadi sengketa kedaulatan antara Beijing dan Tokyo.

Menurut surat kabar China, strategi Asia-Pasifik Tuan Biden sangat mirip dengan mantan Presiden Obama.

Karenanya, AS akan mengumpulkan kekuatan sekutu di kawasan untuk menahan China.

Baca Juga: Perbandingan Kekuatan Militer China dan AS, Amerika Unggul Tapi Kerugian Besar Bisa Didapatnya Jika Nekat Berperang Melawan China, Sejarah Ini Buktinya

Suga yang baru saja menjabat juga berusaha membuktikan kapasitas dan ketangguhannya di depan Beijing.

Dalam panggilan teleponnya dengan Biden, Perdana Menteri Suga menekankan pentingnya aliansi militer AS-Jepang.

Biden menekankan bahwa AS akan membantu Jepang untuk melindungi pulau Senkaku / Diaoyu sesuai dengan komitmen keamanan.

“Jepang perlu mendapat komitmen dari calon Presiden AS untuk mempertahankan posisinya di Asia Timur," kata kata Li Haidong, profesor di Institut Hubungan Internasional, China.

"Namun, Tuan Biden belum menjabat, tetapi telah membuat komitmen atas isu-isu sensitif seperti di Kepulauan Senkaku/Diaoyu yang tidak biasa," imbuhnya.

Pada tahun 2014, mantan Presiden Obama mengumumkan bahwa Perjanjian Keamanan AS-Jepang diterapkan di Kepulauan Senkaku/Diaoyu.

Pada Februari 2017, Presiden Trump membuat komitmen serupa.

Baca Juga: Geram dan Kesal Bukan Main Soal Papua Barat, Soekarno Semprotkan Kalimat Ini Hingga Menlu AS Ketar-ketir

Namun, Pak Biden mengutarakan pendapatnya tentang Kepulauan Senkaku/Diaoyu sebelum menjabat.

"Saya pikir Pak Biden harus memprioritaskan masalah domestik yang lebih mendesak seperti pengendalian epidemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi," kata Li.

"Amerika seharusnya tidak menimbulkan masalah lagi bagi China. Jangan berasumsi bahwa Beijing hanya akan duduk diam dan menonton," jelas Li.

"Langkah baru Biden menunjukkan bahwa pemerintahan baru AS menghargai kerja sama dengan sekutu untuk menahan China daripada bertindak secara independen. Namun, baik AS maupun Jepang menghadapi banyak masalah di negara itu, "kata Liu Junhong, pakar dari Institut Hubungan Internasional Kontemporer China.

"Waktu telah berubah. Kekuatan militer dan ekonomi China sekarang berbeda. Beijing tidak harus bereaksi keras terhadap komitmen Tuan Biden kepada Jepang," tambah Liu.