Penulis
Intisari-Online.com - Setiap tanggal 10 November, kita selalu merayakan Hari Pahlawan Nasional.
Ini guna menghormati setiap perjuangan para pahlawan Indonesia.
Biasanya, tempat yang ramai dikunjungi pada Hari Pahlawan ini adalahtaman makam pahlawan (TMP).
Ya, taman makam pahlawan memang diperuntukkan khusus sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi mereka yang dianggap berjasa bagi negara.
Namun, tahukah Anda bahwa ada sosok "tak terduga" di TMP Kalibata.
Sebab, orang lebih banyak mengenalnya sebagai seorang pelawak, bukan seorang pahlawan.
Berikut ini kisahnya.
Ketika Ratmi B-29 meninggal dunia di Ujungpandang (sekarang Makassar), Sulawesi Selatan, pada 31 Desember 1977 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, banyak orang yang agak heran.
Soalnya orang lebih mengenal Ratmi sebagai pelawak dan pemain film daripada sebagai seorang pejuang.
Mencari riwayat hidup Suratmi tidak mudah. Di TMP Kalibata sendiri tidak ada berkasnya.
Bahan-bahan mengenai riwayat hidupnya lebih banyak didapat dari koran-koran.
Ratmi meninggal karena serangan jantung. Menurut seorang rekan ia hendak naik pesawat menuju Surabaya untuk merayakan Tahun Baru di sana.
Tapi ia jatuh pingsang kurang lebih setengah meter dari tangga pesawat dalam pelukan suaminya.
Mobil yang datang untuk mengangkut Ratmi ternyata terlalu kecil sehingga perlu diganti dengan mobil yang lebih besar.
Ratmi pun meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit.
Pelawak, pemain film, penyanyi keroncon, dan pesinden ini adalah seniman lawak pertama yang dimakamkan di Kalibata.
Sebuah mobil jenazah diselubungi kain bendera merah putih berhenti di halaman Kalibata.
Barisan seragam bergenderang dan tembakan salto mengiringi penguburan jenazahnya.
Lalu, kenapa Ratmi dimakamkan di makam “keramat” itu?
Ini semua berkat jasa Ratmi membela negara negara sehingga ia dianugerahi bintang gerilya, bintang kemerdekaan I dan II dan bintang gerakan operasi Militer I dan V.
Ia pernah menjadi sersan dua pada Laskar Wanita (Laswi) pimpinan Ny. Arudji Kartawinata sebagai anggota Batalyon D Brigade 16 “Citarum” Jawa Barat.
Ia juga pernah masuk pasukan Srikandi dan tahun 1945-194 ia ikut berjuang di daerah Banyumas, Jawa Tengah.
Menikah tiga kali
Perempuan kelahiran Bandung 16 Januari 1932 ini terlebih dahulu dikenal sebagai seorang penyanyi lagu-lagu keroncong yang dirintisnya pada 1943.
Pada 1947, ia masuk perkumpulan wayang orang, dan mulai merambah ke dunia film pada 1961 sebagai seorang figuran.
Tak hanya itu, Ratmi B-29 juga masuk dunia lawak, bergabung dengan grup “Tiga Djenaka” hingga 1976—sebelum akhirnya membentuk grup lawaknya sendiri bertajuk Ratmi Cs.
Dari sinilah pamornya sebagai seorang pelawak melejit.
Ratmi menikah tiga kali.
Suami pertama bernama Idris, yang meninggal dunia. Suami kedua Surnarno, yang kemudian bercerai.
Sekitar tahun 1973, ia bertemu dengan seorang pemuda yang 10 tahun lebih muda. Beralis dan berkumis tebal bernama Didi Sugandhi.
Mereka bertemu dalam sebuah pengambilan film di Bandung.
Ceritanya, seorang sopir mengantar Ratmi yang mendadak sakit ke ayah si sopir.
Dasar jodoh, Ratmi yang katanya kemasukan roh jahat di Cibulan (ketika opname film Ayah, tiga hari sebelumnya) bisa sembuh.
Sopir tersebut tidak lain Didi Sugandhi, suami dan ayah dari 4 orang anak.
Didi kemudian bercerai dari isterinya yang pertama untuk kemudian menikah dengan Ratmi.
Tiga anak Didi dari isteri pertama diambil oleh Ratmi dan diasuh seperti anaknya sendiri.
Dan pangkuan Didilah Ratmi mengembuskan napas terakhirnya ketika hendak menuju rumah sakit di Ujungpandang. (Moh Habib Asyhad)