5 Tahun Derita Pilek, Pria Ini Begitu Syok Saat Dokter Ungkap Penyakit Mematikan Inilah yang Sebenarnya Bersarang di Tubuhnya

Tatik Ariyani

Penulis

Pria yang diketahui bernama Greg Phillpotts ini mengalami penyakit pilek yang tak kunjung sembuh selama 5 tahun terakhir.

Intisari-Online.com - Pilek adalah penyakit yang secara umum yang diderita kebanyakan orang.

Namun, penyakit seperti ini cepat sembuh dan tidak berbahaya bagi manusia, hanya saja penderita merasa risih karena menderita penyakit ini.

Meski demikian, seorang pria asal Carolina Utara ini.

Sebab ia memiliki penyakit pilek yang secara umum berbeda.

Baca Juga: Mengerikan, Lima Tahun Pileknya Tak Kunjung Sembuh, Pria Ini Syok Ketika Dokter Katakan Ia Idap Penyakit Mematikan Ini!

Melansir Dailymail.co.uk pada Selasa (20/11/2018),pria yang diketahui bernama Greg Phillpotts ini mengalami penyakit pilek yang tak kunjung sembuh selama 5 tahun terakhir.

Setelah ia memeriksakan penyakitnya, dokter memberitahu bahwa ia menderita penyakit yang cukup selama ini.

Menurut keterangan dokter, Greg memiliki lubang selaput yang mengelilingi otaknya.

Jika dia menunggu lebih lama untuk mengobatinya, hal itu bisa mengakibatkan infeksi otak.

Dan hal tersebut dapat membunuhnya.

Baca Juga: Kim Jong-Un Bakar Duit Lagi, Korea Utara Bangun Dua Kapal Selam Baru, Salah Satunya Bisa Tembakkan Rudal Balistik, Begini Respon Korea Selatan

Pada Februari lalu, ia bertemu denganDr. Alfred Iloreta, seorang otolaryngologist di Mount Sinai Hospital di New York City.

Dr Iloreta memberi tahu Greg bahwa dia tidak memiliki alergi, melainkan kebocoran cairan tulang belakang otak.

"Ini kebocoran cairan yang mengelilingi otak untuk meredamnya terutama untuk melindunginya dari shock atau trauma atau semacamnya," kata Iloreta kepada WTVD.

Kebocoran terjadi baik dari lubang di tulang tengkorak atau robekan pada selaput yang mengelilingi otak, menghasilkan cairan yang mengalir dari telinga atau hidung.

Pasien dengan kebocoran cairan tulang belakang otak biasanya memiliki drainase yang jernih dan berair dari salah satu telinga atau lubang hidung.

Baca Juga: Pantas Korea Utara Miliki 0 Kasus Covid-19, Rupanya Para Korban Virus Mematikan Itu Dibiarkan Kelaparan Hingga Akhirnya Mereka Mati

Gejala yang sering menyertai kebocoran tersebutm, termasuk sakit kepala, perubahan penglihatan dan kehilangan pendengaran.

"Kadang-kadang ketika Anda memiliki kebocoran cairan ini dari otak, itu dapat berevolusi menjadi apa yang kita sebut infeksi menaik." kata Dr Iloreta.

"Pada saat itu, bakteri dapat melakukan perjalanan dari hidung ke otak yang mengakibatkan meningitis," tambahnya.

Menurut pakar Kesehatan, kebocoran ini mempengaruhi lima dari setiap 100.000 pasien, tidak termasuk kebocoran yang disebabkan oleh trauma.

Sementara banyak kebocoran dapat sembuh sendiri dan hanya membutuhkan pasien yang sedang beristirahat, dan lainny membutuhkan perawatan yang kurang konservatif.

Baca Juga: Tinggal di Rumah Reyot Tapi Sanggup Beli BMW Seharga Rp4 miliar, Petani Ini Hartanya Malah Ludes Gegara Tak Sanggup Bayar Pajak Plus Bensinnya, Nasibnya Juga Berakhir Jadi Kriminal

Dokter dapat menggunakan endoskopi hidung untuk melakukan operasi minimal invasif atau patch darah epidural.

Tambalan itu melibatkan darah pasien sendiri yang disuntikkan ke sumsum tulang belakang.

Darah itu nantinya akan membentuk gumpalan yang 'menutup' lubang di mana ada cairan bocor.

Dr Iloreta memutuskan untuk melakukan operasi minimal invasif di mana flap jaringan dari tubuh Greg yang digunakan untuk menambal lubang itu.

Afif Khoirul M

Baca Juga: Asal Serobot Tanpa Kompromi, Negara Ini Kaget Bukan Main 9 Bangunan China Mendadak Nangkring di Tanah Perbatasannya, Diprotespun China Malah Tak Merasa Bersalah

Artikel Terkait