Saking Ngebetnya Lihat Jazirah Arab Damai dengan Zionis, Negara Ini Diam-diam Bantu Sudan Bayar 'Upeti' ke AS, Sendirinya Masih Takut Akui 'Berdamai' dengan Israel

Ade S

Penulis

Sebuah negara disebut sudah membantu Sudan untuk membayar 'upeti' kepada Amerika Serikat, yang tujuan akhirnya untuk perdamaian dengan Israel.

Intisari-Online.com -Sebuah negara disebut sudah membantu Sudan untuk membayar 'upeti' kepada Amerika Serikat.

Upeti itu sendiri menjadi syarat dari AS jika Sudan ingin dihapus dari daftar negara yang mendukung terorisme.

Kemampuan Sudan sendiri untuk membayar uang kompensasi sebenarnya diragukan banyak pihak.

Sebab, jumlah uang kompensasi yang diminta oleh AS sangatlah besar, yaituAS$335 juta.

Baca Juga: Anggota Parlemen UEA Sebut Hamas dan PA Korup Juga Pembunuh, Beberkan Cara Ini yang Dapat Hentikan Mereka

Sementara Sudan sendiri sedang berada dalam krisis hebat yang tidak memungkinkan mereka mengumpulkan uang sebanyak itu.

Namun, sebuah informasi mengungkapkan peran negara lain dibalik 'setoran' Sudan tersebut.

Informasi yang menunjukkan ada sebuah negara yang memang rela menggelontorkan uang untuk membantu Sudan.

Tujuan dari 'bantuan' tersebut pada akhirnya adalah agar semakin banyak negara yang berdamai dengan Israel, yang justru belum berani dilakukan oleh negara 'donatur' tersebut.

Baca Juga: Terkenal Ganas dan DIsegani Dunia, Militer Israel Justru Kerap Dipecundangi Indonesia, Ini yang Bikin TNI Menang Telak dibanding Tentara Negeri Yahudi Itu

Sumber di Sudan dan Mesir telah mengungkapkan bahwa Arab Saudi akan membayar AS$335 juta kepada AS untuk mempercepat normalisasi hubungan antara pemerintah di Khartoum dan Israel, kantor berita Safa melaporkan pada hari Rabu.

Menurut laporan media, penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammad Bin Salman, turun tangan.

Hal ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan syarat bahwa Sudan harus membayar kompensasi kepada korban teror Amerika.

Tujuannya, adalah untuk menghapus namanya dari daftar negara AS yang mensponsori terorisme.

Kompensasi yang dibayarkan adalah untuk keluarga dan korban pemboman Kedutaan Besar AS tahun 1998 di Afrika Timur.

Kompensasi itu juga diberikan untuk korban serangan terhadap USS Cole, sebuah kapal perusak berpeluru kendali, di lepas pantai Yaman pada tahun 2000.

Baca Juga: Pantas Sangat Terburu-buru, Perdamaian Sudan-Israel Ternyata Bukan Diambil Pemerintah Terpilih, Semata Hanya Demi Puaskan Mata-mata Asing

Pada hari Senin, Trump mengetweet:

Berita BESAR! Pemerintah baru Sudan, yang membuat kemajuan besar, setuju untuk membayar $ 335 JUTA untuk korban teror AS dan keluarga."

"Setelah disimpan, saya akan mencabut Sudan dari daftar Sponsor Terorisme Negara. Akhirnya, KEADILAN untuk rakyat Amerika dan langkah BESAR untuk Sudan!

Sudan sebelumnya telah setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel dengan imbalan penghapusan namanya dari daftar terorisme.

Tetapi kesepakatannya terpukul oleh kondisi Trump tentang kompensasi.

Namun, sumber yang berbicara dengan Al-Araby Al-Jadeed mengatakan bahwa uang itu tidak akan dibayarkan oleh Sudan sendiri seperti yang dikatakan oleh Perdana Menteri Sudan Abdullah Hamdok, tetapi oleh Riyadh.

Baca Juga: Disebut Tikam Palestina dari Belakang! Sudan yang Dulu Sekutu Hamas, Kini Perbaiki Hubungan dengan Israel

Mereka menunjukkan bahwa ada kesepakatan lengkap tentang masalah yang mencakup dukungan dari Arab Saudi dan UEA untuk Sudan yang akan dimulai segera setelah yang terakhir menandatangani apa yang disebut Kesepakatan Abraham.

Pertemuan antara pejabat Sudan di satu sisi dan pejabat Amerika, Israel, UEA, dan Saudi di sisi lain tampaknya menetapkan rincian kesepakatan, tahapan implementasinya, dan janji para mediator.

Yang tidak menyenangkan, kesepakatan itu juga mencakup rincian tentang bagaimana mereka akan menangani protes populer yang tak terhindarkan di Sudan setelah pemerintah menyatakan normalisasi hubungan dengan Israel.

Penghapusan Khartoum dari daftar terorisme AS adalah langkah besar dalam upaya Sudan untuk berintegrasi kembali ke komunitas internasional setelah menggulingkan Presiden Omar Al-Bashir tahun lalu. (Muflika Nur Fuaddah)

Artikel Terkait