Find Us On Social Media :

Momen Menegangkan: Memakai Kaus Bertuliskan 'Fretilin,' Para Pendemo Anarkis Pernah 'Mengeroyok' Soeharto, Ajudan pun Sigap Lindungi dengan Pistol Sudah di Tangan

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 26 Oktober 2020 | 09:03 WIB

Presiden Soeharto

Ketika itu, rombongan tersebut melihat adanya sejumlah orang yang berkerumun.

Mereka seakan tahu ada seorang kepala negara yang akan datang.

Awalnya, Sjafrie menganggap hal itu lazim. Namun, saat baru sepertiga jarak dilalui, mendadak orang-orang tersebut membuka baju mereka.

Sehingga, terlihat kaus-kaus mereka, dan bertuliskan "Fretilin".

"Ternyata mereka adalah demonstran yang menyamar sebagai kerumunan," ungkap Sjafrie.

Mereka selanjutnya bertindak mulai anarkis. Tak hanya mengacungkan poster, mereka juga mulai ada yang melempar telur, kertas, hingga mengibarkan bendera Fretilin.

"Pak, ini ada yang mengganggu," kata Sjafrie yang dibalas Soeharto dengan tenang.

Baca Juga: Selain Menjaga Kesehatan Menstruasi, Ini Manfaat Ketumbar untuk Wanita

"Jalan saja terus," kata Sjafrie sambil menirukan ucapan Soeharto.

Saat didemo para demonstran, Soeharto rupanya hanya dikawal oleh tiga pengawal resmi.

Sjafrie sendiri mengaku sudah bersiap mengambil tindakan taktis.

"Kalau tangan saya sampai mereka sentuh, senjata saya harus digunakan," kata Sjafrie.

Oleh karena itu, tangan kiri Sjafrie pun berusaha memberi batas. Sedangkan, tangan kanannya sudah berada di sarung pistol.

Beruntung, saat itu dia mendapatkan bantuan dari para wartawan Indonesia yang meliput agenda Soeharto.

"Mereka ikut jadi bumper dan pembuka jalan sehingga lemparan benda-benda itu tidak sampai menjangkau Presiden, dan Ibu Negara yang hanya kami lindungi dengan payung beserta rombongannya," tandas Sjafrie.

Baca Juga: Termasuk Mengatasi Gangguan Haid, Ini 10 Manfaat Daun Dewa untuk Kesehatan

Sebagaimana diketahui, Soeharto telah meninggal dunia pada 27 Januari 2008.

Jenazah Soeharto dimakamkan di samping makam Tien Soeharto yang telah mendahuluinya pada 28 April 1996 silam, di Astana Giribangun.

Dikutip dari Tribunnews.com, kompleks Astana Giribangun ini terletak di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 660 meter di atas permukaan laut, tepatnya di di Desa Girilayu, Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah, sekitar 35 km di sebelah timur kota Surakarta.

Di atas komplek Astana Giribangun, terdapat Astana Mangadeg, yakni komplek pemakaman para penguasa Mangkunegaran, salah satu pecahan Kesultanan Mataram.

Astana Mangadeg berada di ketinggian 750 meter dpl, sedangkan Giribangun pada 660 meter dpl. Di Astana Mangadeg dimakamkan Mangkunegara (MN) I alias Pangeran Sambernyawa, Mangkunegara II, dan Mangkunegara III.

Pemilihan posisi berada di bawah Mangadeg itu bukan tanpa alasan. Yakni untuk tetap menghormati para penguasa Mangkunegaran, mengingat Ibu Tien Soeharto adalah keturunan Mangkunegara III.

Baca Juga: Abaikan Keberangan NATO, Turki Kian Asyik Eksplorasi Wilayah Mediterania yang Disengketakan Sampai Bulan Depan

(*)

Artikel ini telah tayang di Pop.grid.id dengan judul 'Pistol Sudah di Tangan, Ajudan Soeharto Ini Sigap Lindungi Sang Presiden saat Direcoki Pendemo Anarkis di Jerman, Endingnya Bikin Nyesek!'