Terkenal Kuat dan Sudah Bawa Senapan AK-47, Prajurit Kopassus Justru Dibuat Ketakutan Ketika Masuk Sarang Suku Kanibal, Takut Dimakan oleh Mereka Tapi Malah Begini Akhirnya

Mentari DP

Penulis

Dalam menjalankan ekspedidi semua anggota militer seragam militer lengkap, senapan serbu AK-47 dan pistol, parang, tali-temali dan lainnya.

Intisari-Online.com - Sebagai salah satu pasukan khusus terbaik yang dimiliki Indonesia, Kopassus umumnya hanya melakukan misi-misi khusus atau sulit.

Ini karena prajurit Kopassus memang dikenal memiliki ketahanan fisik dan kehebatan di atas rata-rata.

Dan hal itu diakui hingga ke mancanegara.

Namun ternyata pernah suatu waktu prajurit Kopassus yang ketakutan.

Baca Juga: Mau Tidak Mau, Ternyata Jika Ingin Kalahkan China, Australia Harus Bekerja Sama dengan Indonesia, Ini Alasan Indonesia Bakal Membahayakan China di Asia

Wah ada apa?

Ini terjadi ketika prajurit Kopassus diberikan sebuah misi setelah ditemukannya jasad Rockfeller yang hanya berupa kaki masih terawat sepatu.

Berdasarkan sepatu, anak laki-laki tersebut dikenali sebagai jasad dari mendiang Rockfeller.

Kabar kematian Rockfeller dengan cara yang sangat tragis itu pun menjadi perhatian dunia internasional termasuk rumor bahwa Rockfeller telah dimakan oleh suku terasing yang tinggal di hutan belantara Papua Nugini.

Rumor tentang keberadaan suku pemakan manusia itu tak hanya menonton di Papua Nugini namun juga menyebar ke kawasan pedalaman Irian Barat (Papua).

Baca Juga: Hanya Bermodalkan Gambar Wanita Cantik, Begini Cara Jitu Tentara Palestina Bikin Kalang Kabut Tentara Israel, Obrak-abrik Informasi Militer Israel dengan Trik Ini

Pada tahun 1960-an, daerah Papua tersebut memang masih merupakan hutan lebat yang belum terjamah.

Pada 5 Mei 1969 meski rumor tentang keberadaan suku pemakan manusia di pedalaman Papua masih santer, sekitar 7 anggota pasukan baret merah (RPKAD / Kopassus), 5 anggota Kodam XVII Cenderawasih Papua dan tiga warga asing yang juga kru televisi NBC, AS serta satu wartawan TVRI, Hendro Subroto melaksanakan ekspedisi ke Lembah X yang berlokasi di lereng utara gunung Jayawijaya.

Lokasi ekspedisi disebut sebagai Lembah X dan berada di lereng utara Gunung Jayawijaya yang berpemandangan elok sekaligus merupakan tempat yang belum pernah dijamah oleh manusia dari luar.

Suku setempat masih dikenal sebagai suku yang sangat terasing dan dimungkinkan merupakan suku yang masih dapat dinikmati manusia seperti oleh Rockfeller.

Dengan risiko yang tinggi pengendali ekspedisi Pangdam XVII / Cenderawasih Brigjen TNI Sarwo Edhie Wibowo berpesan agar tim siap menghadapi kemungkinan.

Dalam menjalankan ekspedidi semua anggota militer seragam militer lengkap, senapan serbu AK-47 dan pistol, parang, tali-temali dan lainnya.

Sebelum tim ekspedisi Lembah X diterjunkan melalui udara Lettu Sintong terlebih dahulu melakukan orientasi medan melalui udara dengan cara menumpang pesawat misionaris jenis Cesna.

Lalu sesuai rencana tim akan diterjunkan pada lokasi padang ilalang yang diduga berhubungan dengan perkampungan yang masih dihuni oleh suku terasing pemakan manusia.

Pada 2 Oktober 1969, semua tim bersama keperluan logistik diterjunkan sesuai rencana meski dengan perasaan tak karuan.

Pasalnya, mereka harus mendarat di daerah sangat terpencil yang konon didiami suku terasing yang masih suka memakan manusia.

Dengan perhitungan seperti itu maka aksi penerjunan termasuk misi nekat.

Apalagi meski bersenjata lengkap para personel RPKAD dan Kodam Cenderawasih melepaskan tembakan kecuali dalam kondisi sangat udah.

Baca Juga: Dirahasiakan Selama 25 Tahun, Iran Nyatanya Sudah Buat Kesepakatan untuk Impor Rudal Balistik dari Korea Utara, Klaim Beri 'Hadiah' Ini pada Kim Jong-Un Sebagai Balasannya

Itu pun merupakan tembakan yang dilepaskan ke atas untuk tujuan menakut-nakuti.

Semua tim akhirnya bisa melakukan penerjunan dengan selamat.

Ia langsung dikepung oleh warga yang hanya melihat koteka sambil mengacungkan tombak, panah, dan kapak batu.

Sadar sedang menghadapi bahaya dan masih terbayang oleh suku ganas pemakan manusia, secara reflek Sintong memindahkan senapan AK-47 di bahu ke posisi di depan dada serta mengokangnya.

Tapi terkejut ketika melihat senapan AK-47-nya ternyata tanpa majalah karena terjatuh saat terjun.

Dengan kondisi senapan AK-47-nya tanpa peluru yang jelas sama sekali tidak berguna jika harus menghadapi warga suku terasing yang terus memandanginya secara curiga sambil mengacungkan semua senjata tradisional itu.

Tiba-tiba Sintong melihat jika majalah tempat peluru yang jatuh berada di antara warga suku.

Bahkan sedang ditendang-tendang oleh seorang pemuda yang merasa bingung dengan benda asing itu.

Di luar dugaan pemuda itu mengambil majalah dan memberikannya kepada Sintong.

Sebuah pertanda bahwa warga suku itu ingin bersahabat.

Sintong akhirnya membiarkan saja ketika sejumlah warga suku menyentuhnya, lalu memeganginya, untuk memastikan bahwa 'manusia burung' yang jatuh dari langit itu masih hidup dan merupakan manusia seperti mereka.

Meski diliputi oleh perasaan was-was dan awalnya merasa akan diserang dan 'dimakan' semua tim ekspedisi ternyata secara bersahabat.

Baca Juga: Tahu Tidak Bisa Menang Jika 1 Lawan 1,Australia Setuju Bergabung dengan AS, Jepang, dan Indiauntuk Serang China, Bikin Ketakutan Perang Dunia 3 Semakin Nyata

Bahkan akhirnya mereka bisa diatur secara normal dengan suku terasing itu.

Sebagai suku terasing dan menggunakan bahasa yang saat itu tidak bisa diimplementasikan, semua anggota tim ekspedisi pun harus belajar keras memahami bahasa setempat dengan cara mencatatnya.

Warga lembah X juga masih menjalankan tunggang langgang setiap ada pesawat yang lewat atau melaksanakan dropping logistik karena ada dugaan sebagai burung raksasa yang akan menyambarnya.

Semua warga suku yang tidak takut akan air dan tidak pernah mandi dan mengandalkan mereka yang mengandalkan tanaman tebu liar.

Kebiasaan makan secara tidak sengaja sekaligus berfungsi sebagai sikat gigi sehingga semua warga suku giginya tampak putih bersih.

Meski sempat mengalami musibah ketika sejumlah perahu karet yang ditumpanginya terbalik di jeram dan tim NBC kehilangan rekaman film yang sangat berharga, semua tim ekspedisi bisa pulang selamat pada akhir Desember 1969.

Bagi anggota RPKAD dan Kodam Cenderawasih ekspedisi Lembah X terbilang sukses karena menginspirasi ekspedisi berikutnya yang kemudian dikenal sebagai Ekspedisi Nusantara Jaya.

Tapi bagi kru NBC, ekspedisi itu gagal total karena telah kehilangan semua rekaman yang bernilai jutaan dollar.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/ Abdurrahman Al Farid / SRIPOKU.COM)

(Artikel ini sudah tayang di Tribunnewswiki.com dengan judul "Nekat ke Sarang Suku Kanibal di Papua, Kopassus Ini Ketakutan Hampir Dimakan, Akhirnya Malah Begini")

Baca Juga: Dukung Joe Biden, Barack Obama Kritik Pedas Donald Trump dengan Menyebutnya 'Paman Gila yang Suka Bohong Setiap Hari'

Artikel Terkait