Find Us On Social Media :

Berhasil Kadali PLA Navy China, Armada US Navy yang Bisa Serbu Beijing Sewaktu-waktu Ini Sukses Menyusup ke Daerah Rawan Ini, Militer China Panik Bukan Main

By Mentari DP, Jumat, 16 Oktober 2020 | 10:30 WIB

Kapal Induk Amerika di Laut China Selatan.

Intisari-Online.com - Kondisi Laut China Selatan makin tidak bisa diprediksi.

Awalnya, kondisi perairan ini begitu panas dengan kehadiran sejumlah kapal perang milik berbagai negara.

Lalu tiba-tiba kondisi Laut China Selatan adem ayem dan tenang. Tak ada gejolak hingga pasukan Amerika Serikat (AS) datang.

Dilansir dari kontan.co.id pada Jumat (16/10/2020), ada kabar bahwa Laut China Selatan yang belakangan adem sempat memanas Jumat (9/10/2020) pekan lalu.

Baca Juga: Alami Batuk Hebat Walau Coba Ditutupi Pemerintah China, Rekaman Presiden Xi Jinping Batuk Jadi Viral, Langsung Dapat Reaksi Begini dari Taiwan dan Hong Kong

Hal ini setelah kapal perusak Amerika Serikat (AS) USS John S. McCain masuk ke wilayah itu.

McCain memasuki perairan Kepulauan Paracel yang China klaim sebagai miliknya. 

China menyebut Kepulauan Paracel dengan nama Kepulauan Xisha.

Gugusan pulau ini juga Vietnam klaim sebagai milik mereka.

 

Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menyatakan, kehadiran USS John S. McCain.

Baca Juga: Alami Demam hingga Tulang Terasa Nyeri, Valentino Rossi Dinyatakan Positif Covid-19 dan Akan Absen Membalap, Bos Yamaha: Ini Pukulan Bagi MotoGP

USS John S. McCain di perairan Kepulauan Paracel pada Jumat pekan lalu tanpa persetujuan China. 

"Diperingatkan serta diberitahu untuk pergi oleh Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat," kata Kolonel Senior Zhang Nandong, juru bicara Komando Teater Selatan PLA, seperti dikutip Global Times.

Menurut Zhang, AS sering mengirim kapal perang ke Laut China Selatan untuk melenturkan ototnya dan meningkatkan kehadirannya di wilayah tersebut, yang secara serius melanggar kedaulatan dan kepentingan nasional China.

"Dan, merusak perdamaian dan stabilitas regional," tegas Zhang yang menyebutkan, perilaku AS tersebut adalah pelayaran yang terang-terangan hegemoni dan provokasi militer.

Mengambil tindakan yang diperlukan 

Zhang pun mendesak AS untuk menghentikan provokasi semacam itu, dan secara ketat mengatur tindakan Angkatan Laut dan Angkatan Udaranya untuk menghindari peristiwa yang tidak terduga.

"Komando Teater Selatan Tentara Pembebasan Rakyat akan selalu waspada dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan nasional dan perdamaian serta stabilitas regional," ungkap dia.

USS John S. McCain adalah kapal perusak kelas Arleigh Burke yang saat ini melayani Angkatan Laut AS.

Baca Juga: Covid Hari Ini 16 Oktober 2020: Rekor! 5.810 Pasien Telah Dinyatakan Sembuh, Tapi 136 Dokter yang Jadi Garda Terdepan Telah Gugur

Dia adalah bagian dari Destroyer Squadron 15 dalam Armada Ke-7, dan bermarkas di Pangkalan Angkatan Laut Yokosuka di Yokosuka, Jepang. 

Keunggulan Armada ke-7 US Navy

Armada ke-7 US Navy menjadi keberadaan paling tidak diinginkan oleh PLA Navy China.

Sebab Armada ke-7 ini mempunyai kekuatan super power sebagai sebuah angkatan perang mandiri yang berada jauh dari induk pasukannya di Norfolk, Amerika Serikat (AS).

Bermarkas di Yokosuka, Jepang, Armada ke-7 merupakan momok utama bagi China karena bisa menyerbu Beijing sewaktu-waktu jika diperintahkan.

Kemudian Armada ke-7 juga sering melakukan pelayaran agresif di Selat Taiwan untuk mengejek PLA Navy yang tak mampu berbuat apa-apa di sana.

(S.S. Kurniawan)

(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "Laut China Selatan sempat bergolak, kapal perusak AS memasuki Kepulauan Paracel")

Baca Juga: Miliki 12.156 Kasus Kematian, Indonesia Tempati Urutan ke-17 Sebagai Negara dengan Kasus Kematian Tertinggi Akibat Covid-19