Find Us On Social Media :

Jadi Raja Terkaya dengan Kekayaan Rp1.032 Triliun, Nyatanya Raja Thailand Ini Lebih Suka Bersenang-dengan dengan Puluhan Selirnya di Jerman Dibanding Urus Rakyatnya

By Mentari DP, Rabu, 14 Oktober 2020 | 13:30 WIB

Raja Thailand, Maha Vajiralongkorn.

Intisari-Online.com - Sejak Juli 2020, telah terjadi demonstrasi besar-besaran di Thailand.

Dilansir dari kompas.com yang mengutip dari Reuters, pada demonstan meminta Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mundur.

Lebih dari itu, mereka juga menyodorkan 10 tuntutan untuk mereformasi monarki.

Mereka tidak ingin mengakhiri monarki, tetapi hanya mereformasinya.

Baca Juga: Sama Sekali Tidak Memiliki Ladang Minyak, Tapi Mengapa Indonesia Sangat Bergantung pada Impor BBM dari Singapura?

Para demonstran juga mengeluhkan biaya yang harus ditanggung negara karena sang raja tinggal di Jerman.

Ya, Raja Thailand Maha Vajiralongkorn memang penuh dengan sensasi.

Dia dikenal telah melangsungkan pernikahan empat kali dan mengambil banyak selir.

Bahkan kini Raja Vajiralongkorn lebih banyak menghabiskan waktu di Jerman daripada di negaranya sendiri.

Raja Vajiralongkorn yang naik takhta sejak kematian ayahnya, Raja Bhumibol Adulyadej pada 2016, mengalihkan semua kepemilikan di perusahaan besar yang dikenal sebagai Biro Properti Mahkota (CPB) ke kepemilikan pribadinya.

Baca Juga: China Tak Bisa Berkutik Lagi, Militer Negeri Panda Bisa Kalah Bahkan Hancur Lebur Ketika Lawan Taiwan Setelah AS Kirim 3 Senjata Canggih nan Mematikan Ini

Dengan itu, Vajiralongkorn mampu mengendalikan lebih banyak kekayaan dibandingkan Raja Saudi, Sultan Brunei, dan bahkan Kerajaan Inggris.

CPB merupakan salah satu kekayaan kerajaan terbesar di dunia.

Perusahaan induk rahasia yang kepemilikan sahamnya ada di perusahaan-perusahaan blue chip Thailand, tepatnya di ibu kota Bangkok.

Melalui biro tersebut juga, menurut Los Angeles Times, Vajiralongkorn mampu membayar semua beban yang dipanggulnya sebelum naik takhta; tuduhan korupsi terhadap orangtua, saudara laki-lakinya, dan pamannya yang juga diturunkan dari jabatan seniornya sebagai polisi. 

Aset yang diperkirakan memiliki nominal 70 miliar dollar AS (Rp1.032 triliun) itu kini dituntut oleh gerakan pro-demokrasi yang meminta transparansi keuangan monarki dan batasan pada kekuatannya yang selama ini diketahui sangat luas.

“Ketika para pengunjuk rasa berbicara tentang monarki sebagai sebuah institusi, CPB adalah intinya,” kata Pongkwan Sawasdipakdi, dosen di Thammasat dan kandidat doktor dalam hubungan internasional di USC, seperti dikutip LA Times.

"Salah satu hal utama yang dipikirkan orang adalah bagaimana monarki dapat mengumpulkan kekayaan yang sangat tinggi dan kami benar-benar tidak tahu apa pun soal itu."

Dibuat sejak tahun 1936, CPB beroperasi "di dunia bawah" yang legal, tidak termasuk dalam lembaga pemerintah dan swasta, ataupun bagian dari istana. 

Dewan direksi, yang dipilih sendiri oleh raja, tidak merilis laporan keuangan. Sebagian besar kepemilikannya tetap menjadi misteri.

Namun, portofolio biro tersebut memperkirakan Raja Thailand menjadi raja terkaya di dunia, dengan kepemilikan vila tepi danau di luar Munich, Jerman, dan menyewakan hotel di Pegunungan Alpen Bavaria.

Baca Juga: Nyaris 10 Bulan Tapi Virus Corona Belum Hilang, Kini Muncul Wabah Norovirus di China, Dianggap Lebih Sulit Dimusnahkan Karena Ditularkan Hingga 8 Minggu, Ini Penyebabnya

Investasi terbesar biro ini ada di Siam Commercial Bank dan Siam Cement Group, industri konglomerat yang memegang 34 persen saham senilai 8 milliar dollar AS akhir tahun lalu.

Meski saham bank telah kehilangan setengah nilainya selama pandemi, sebanyak 342 juta dollar diberikan kepada raja pada tahun 2019. 

Menurut jurnal yang ditulis Porphant Ouyyanont, seorang akademisi Thailand yang merupakan otoritas terkemuka di biro pada tahun 2015, raja mempunyai beberapa aset.

Raja memiliki kepemilikan tanah termasuk 5,5 mil persegi yang tersebar di distrik-distrik dengan nilai sewa tinggi di pusat ibu kota Bangkok.

Aset itu bernilai 32 miliar dollar AS pada tahun 2015, tetapi hanya sedikit yang digunakan untuk penyewaan komersial.

Pengawasan terhadap aset-aset ini telah lama dianggap tidak perlu karena monarki dan kepemilikannya telah "membuktikan diri mereka tidak membebani negara", tulis Porphant.

Berbeda jauh dengan sang ayah

Apa yang dilakukan Raja Maha Vajiralongkorn hari ini sangat berbanding terbalik dengan sang ayah.

Ayahnya, mendiang Raja Bhumibol Adulyadej, yang memerintah selama 70 tahun, digambarkan sebagai sosok propaganda royalis yang begitu hemat.

Bahkan ketika Thailand tumbuh menjadi mesin ekonomi Asia Tenggara dan investasi putra mahkota yang kini menjadi raja, berlipat ganda nilainya.

(Miranti Kencana Wirawan)

(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Raja Terkaya di Dunia, Maha Vajiralongkorn, dari Mana Sumber Kekayaannya?")

Baca Juga: Gunakan Drone, Pasukan Khusus, hingga Pasukan Udara, Militer China Siap Invasi Taiwan Habis-habisan, Pemerintah Taiwan Hanya Diberi 2 Pilihan Ini