Find Us On Social Media :

Kenali Ciri-ciri Star Syndrome: Merasa Populer, Hebat dan Lupa Diri Termasuk di Dalamnya!

By Tatik Ariyani, Kamis, 8 Oktober 2020 | 16:50 WIB

Ilustrasi star syndrome

Intisari-Online.com - Apa sebenarnya star syndrome itu?

Dari asal katanya, star syndrome adalah kondisi atau gejala ketidaknormalan yang terjadi akibat seseorang merasa terkenal, populer, hebat, memiliki kekuasaan dan sebagainya, hingga akhirnya menjadi lupa diri.

Kondisi ini merugikan bagi yang mengalami, sebab mereka akan merasa puas dan cukup dengan prestasi yang telah dimiliki.

Popularitas yang berhasil mereka gapai pun juga membuat mereka merasa telah di atas angin.

Mereka menjadi terlena, lupa diri dan malas untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi.

Mantan atlet ski asal Kanada, Steve Podborski mengungkapkan bahwa puncak kesuksesan justru bisa berbahaya.

Baca Juga: Kerap Merasa Populer, Hebat dan Lupa Diri? Bisa Jadi Anda Terkena Star Syndrome, Ini Cirinya

Karena itu, banyak sekali para figur publik, atlet terkenal, dan pejabat yang tanpa sadar mengalami sindrom ini..

"Anda harus mewaspadai star syndrome.

"Orang-orang mulai mengatakan Anda luar biasa.

"Lama-kelamaan, Anda merasa itu benar," kata Podborski.

Disadari atau tidak, orang-orang yang berada di puncak kesuksesan sering dibuat terlena. Nampaknya, popularitas memang hal yang memabukkan.

Seseorang bisa mendapat banyak pujian dari sana-sini.

Untuk membuktikan star syndrome ini, dua peneliti dari Universitas Ottawa -Kathy Kreiner Phillips dan Terry Orlick- melakukan riset terhadap 17 atlet juara dunia dari berbagai cabang olahraga.

Hasilnya, ditemukan fakta bahwa sebanyak 2/3 dari atlet tersebut akhirnya jatuh atau mengalami kegagalan lagi setelah berjaya.

Baca Juga: Star Syndrome Kian Tumbuh Seiring Karena Media Sosial, Begini Kiat Mengatasinya

Alasan jatuhnya popularitas mereka karena beragam alasan.

Namun, setidaknya ada dua penyebabnya.

Pertama, terlena pada pencapaian diri sendiri dan kedua, besarnya ekspektasi (harapan) dari orang-orang yang menjadi beban tersendiri.

Ya, orang di luar sana berharap tinggi pada mereka yang punya kedudukan.

Mulai dari harapan dari para fans, media massa, publik, hingga sponsor.

Tapi hati-hati, karena harapan bisa berbalik menjadi beban.

Ketika kemampuan dan skill tinggi seseorang tidak dibarengi dengan prestasi gemilang, maka 'kebintangan' pun meredup, bak senjata makan tuan.

Perlu diingat, star syndrome tidak hanya dialami oleh figur publik, atlet terkenal, artis, atau pun pejabat.

Baca Juga: Jika Trump Begitu Memusuhi China, Biden Justru Akan Mengatur Ulang Hubungan AS-China Jika Menang Pemilu

Star syndrome bisa dialami siapa saja yang merasa dirinya hebat dan punya banyak penggemar.

Akibatnya, orang tersebut akan mendorong dirinya lebih kompetitif.

Baginya, segala sesuatu adalah persaingan.

Karena itu, benarlah kata petuah yang mengatakan, 'mempertahankan itu lebih sulit daripada meraih'.

Seperti halnya popularitas, mungkin meraihnya bisa begitu mudah, namun tidak semua berhasil mempertahankannya.

Malah kebanyakan, orang-orang lupa diri dan akhirnya jatuh kembali.

Agar kita terhindar dari star syndrome ini, ada baiknya saling mengingatkan sesama.

Selain itu, berusaha untuk tidak pernah berpuas diri, sekali pun pencapaian yang diraih sudah sangat baik.

Kemudian, tingkatkan pula kualitas diri dengan terus belajar dari orang-orang di sekitar dan hal-hal baru.

Serta, berhati-hati dalam menanggapi opini publik yang terlalu berlebihan, misalnya sanjungan atau pujian.

Pasalnya jika tidak berhati-hati, popularitas tersebut bisa menjadi senjata makan tuan yang tak jarang membuat orang-orang yang memilikinya memilih mengakhiri hidupnya karena merasa hidupnya tidak berharga lagi.

Kasus ini banyak terjadi pada para pelaku musik seperti Chester Bennington, almarhum vokalis Linkin Park yang memilih mengakhiri hidupnya karena merasa hidupnya sudah tidak berarti.

Maymunah Nasution

Baca Juga: Situasi Semakin Memburuk, Ancaman Azerbaijan Kepada Armenia Tunjukkan Ajakan Perang Terbuka, 'Kami Akan Maju!'