Jarang Terjadi! Setelah Tentara Korea Utara Bunuh Pejabat Korea Selatan dengan 10 Tembakan, Kim Jong-un Ucap Permintaan Maaf, Menghindari Kecaman Dunia?

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Belakangan ini hubungan Korea Utara dan Korea Selatan kembali memanas.

Kembali memanasnya hubungan antara negara pimpinan Kim Jong-un dan Moon Jae-in tersebut ditandai dengan dihancurkannya kantor penghubung yang didirikan 2018 lalu sebagai hasil kesepakatan damai.

Di tengah situasi yang memanas tersebut, baru-baru ini Korea Utara kembali membuat marah Korea Selatan dengan aksi penembakan terhadap pejabat Korea Selatan.

Seorang yang diidentifikasikan sebagai pejabat Korea Selatan diberitakan ditembak dan dibakar setelah menghilang dari kapal patroli perikanan ketika kapal itu berada sekitar enam mil dari garis kontrol militer yang disengketakan antara kedua belah pihak.

Baca Juga: Citra Sebagai Negara Gila Kian Melekat pada Korut Setelah Bakar Pembelot Korsel, Ini Satu-satunya Cara Agar Kim Jong-un Kembali Dipandang oleh Musuh-musuhnya

Mengutip Express.co.uk, Dalam insiden itu, Tentara Korea Utara melepaskan lebih dari 10 tembakan kepada pria itu.

Pejabat tersebut diyakini telah melompat dari perahu dalam upaya membelot ke Utara.

Insiden penembakan itu pun membuat Korea Selatan marah dan mengecam tindakan negara tetangganya.

Kemudian secara mengejutkan Kim Jong-un mengutarakan permintaan maafnya atas insiden tersebut.

Baca Juga: Liar! Persenjataan China Harus Dikendalikan, AS dan Dunia Harus Kerahkan Semua Tekanan Politik, Militer, Ekonomi, dan Diplomatik untuk Satu Tujuan Ini

Melansir Indian Express(26/9/2020), Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un baru-baru ini mengeluarkan permintaan maaf yang langka kepada mitranya dari Korea Selatan, Moon Jae-in, atas pembunuhan seorang pejabat Korea Selatan.

Sebelumnya, Korea Selatan menuduh Korea Utara melepaskan tembakan ke pegawai sipil Korea Selatan yang tidak bersenjata dan mengklaim bahwa tentara Korea Utara kemudian membakar tubuhnya.

Korea Selatan mengidentifikasi pegawai negeri itu sebagai pria berusia 47 tahun yang bekerja untuk Layanan Manajemen Perikanan Laut Barat Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Selain menyampaikan permintaan maaf, Korea Utara pun mengelak dari tuduhan Korea Selatan, bahwa tuduhan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Baca Juga: Terlalu Sering Berhubungan Intim Bikin Miss V Mengendur? Jangan Langsung Panik, Begini Penjelasan Ahli

Pada hari Jumat, Departemen Front Unifikasi Korea Utara, yang menangani hubungan Selatan-Utara, mengirim surat yang ditujukan ke kantor kepresidenan Seoul, di mana Kim Jong-un menguraikan kejadian tersebut dan menyatakan penyesalannya.

"Saya meminta maaf kepada Presiden Moon Jae-in dan rekan senegaranya di Selatan atas insiden malang yang terjadi di perairan kami," kata pernyataan itu sesuai dengan laporan yang diterbitkan di The Korea Herald.

Surat tersebut juga menyebutkan bahwa PNS tersebut dibunuh oleh tentara Korea Utara.

Namun, berbeda dengan akun resmi Korea Selatan, surat dari Korea Utara mengatakan bahwa tentara Korea Utara tidak membakar tubuhnya, tetapi hanya 'alat pelampung'.

Baca Juga: Hadapi Serangan Angkatan Udara China yang Berulang,Presiden Taiwan Kucurkan Dana SebesarRp119 Triliun untuk Lakukan Hal Ini pada Militernya, Langsung Punya Armada Terbesar di Asia

Permintaan maaf serupa pernah terjadi pada tahun 2008, ketika seorang turis Korea Selatan ditembak mati oleh seorang penjaga Korea Utara di Gunung Kumgang.

Turis itu ditembak ketika dia memasuki daerah yang terlarang untuk turis Korea Selatan. Dia memasuki area ini sambil berjalan di sepanjang pantai.

Setelah insiden tersebut, Korea Utara menyatakan penyesalan atas pembunuhan turis tersebut dan menolak untuk mengambil bagian dalam penyelidikan bersama atas insiden tersebut.

Peristiwa tersebut juga menyebabkan terhentinya program pariwisata Gunung Kumgang yang aktif sejak tahun 1998.

Baca Juga: Pakistan Caplok Wilayah Sengketa di Kashmir yang Bisa Picu Perang dengan India, Apakah China Dalang di Balik Ini Semua?

Sementara itu, atas penembakan pejabat Korea Selatan dan permintaan maaf Korea Utara, para ahli turut berkomentar.

Menurut laporan yang diterbitkan di The Korea Times, 'permintaan maaf tak terduga' Korea Utara dilihat oleh para ahli sebagai upaya negara untuk mempertahankan status quo antara kedua Korea dan merupakan upaya untuk tidak menuai kritik internasional atas insiden tersebut.

Salah satu interpretasi dari insiden itu sendiri adalah bahwa mayat dibakar untuk mencegah COVID-19 keluar dari negaranya, terutama karena Korea Utara sedang mempersiapkan parade militer pada 10 Oktober untuk menandai ulang tahun ke-75 berdirinya Partai Pekerja yang berkuasa.

Secara resmi Korea Utara tidak memiliki kasus COVID-19 yang dikonfirmasi. Namun, perbatasan sepanjang 880 mil dengan China telah ditutup sejak Januari, dan komandan Pasukan Korea AS (USFK) Robert Abrams awal bulan ini mengatakan zona penyangga dua kilometer saat ini diberlakukan untuk mencegah warga sipil mendekatinya.

Baca Juga: Yakin Tetap Mau Dilakukan? Cetak Uang Rp 4.000 Triliun Justru Malah Tambah Warga Indonesia Makin Sengsara, Ini Sebabnya

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait