Find Us On Social Media :

Sadar Militernya Kalah Jauh dari China, Filipina Akan Minta Bantuan Amerika Jika Negeri Panda Berani Menyerang, 'Kami Tidak Punya Pilihan Selain Bersekutu dengan AS'

By Mentari DP, Kamis, 24 September 2020 | 10:05 WIB

Ilustrasi kapal perang di Laut China Selatan.

Komentar Locsin menandai pertama kalinya Pemerintahan Rodrigo Duterte secara terbuka menyatakan akan meminta bantuan AS, di tengah gejolak yang sedang berlangsung antara Filipina dan China di perairan yang disengketakan.

 

Locsin, yang hadir di acara bincang-bincang pagi saluran berita ANC, menyatakan, Filipina akan melanjutkan patroli udara di atas Laut China Selatan, meskipun ada seruan China untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai "provokasi ilegal".

“Mereka bisa menyebutnya provokasi ilegal, Anda tidak bisa berubah pikiran. Mereka sudah kehilangan lewat putusan arbitrase," kata Locsin, merujuk pada keputusan pengadilan internasional pada 2016 yang menyatakan China telah melanggar kedautalan Filipina di Laut China Selatan.

"Tetapi jika terjadi sesuatu yang tidak dapat diserang tetapi sebenarnya merupakan serangan terhadap, katakanlah, kapal Angkatan Laut Filipina, itu berarti saya akan menghubungi Washington DC," tambahnya seperti dikutip China South Morning Post.

Tapi, Locsin menolak untuk menjelaskan secara spesifik permintaan bantuan kepada AS.

Ia hanya bilang, "Saya tidak akan membahasnya karena inti dari teori pencegahan adalah ketidakpastian".

Yang terang, "Saya sangat tegas dalam melindungi apa yang menjadi milik kami, saya sangat tegas untuk tidak pernah bertekuk lutut ke China,” tegasnya.

Locsin awal bulan ini berbicara dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, setelah Washington menolak klaim China atas jalur perairan yang kaya sumber daya yang disengketakan, yang dilewati perdagangan senilai US$ 3 triliun.

Pompeo mengatakan, AS akan mendukung negara-negara yang percaya China melanggar kedaulatan di Laut China Selatan.

Baca Juga: Dimulai Karena Sengketa Perbatasan, Perang Irak-Iran Pecah dan Berlangsung Selama 8 Tahun, 'Sama-sama Gunakan Ratusan Tank dan Senjata Kimia', Siapa yang Menang?