Di bawah instruksi Presiden Saddam Hussein, Irak berusaha merebut kedaulatan daerah tersebut.
Saddam Hussein ingin menegaskan kembali kedaulatan negaranya atas kedua tepi Shatt al-Arab, sungai yang terbentuk dari pertemuan Sungai Tigris dan Efrat.
Sungai tersebut menjadi pembatas antara Irak dan Iran.
Saddam juga menyoroti upaya pemerintah Iran yang berusaha memicu bentrokan di antara penduduk Islam Syiah di Irak.
Menggunakan senjata kimia
Angkatan Udara Irak melancarkan serangan kejutan ke 10 pangkalan udara Iran dengan satu tujuan, menghancurkan Angkatan Udara Republik Islam.
Beberapa pesawat yang Irak gunakan saat itu antara lain jet tempur MiG-23BN, Tu-22, dan Su-20.
Semuanya Irak kerahkan pada 22 September 1980.
Hari berikutnya, Irak melancarkan invasi darat melalui tiga serangan secara simultan. Irak berhasil menguasai garis depan sepanjang 644 km.
Pasukan Irak merebut Kota Khorramshahr namun gagal menduduki pusat penyulingan minyak penting di Abadan.
Pada Desember 1980, serangan Irak mulai melunak setelah berhasil masuk sekitar 80-120 km ke wilayah Iran.
Iran melakukan serangan balik dengan bantuan milisi revolusioner yang mendukung angkatan bersenjata utama Iran.