Penulis
Intisari-Online.com - Korea Utara tengah menghadapi sanksi PBB karena aktivitas nuklirnya, dengan dilarang berdagang dengan sebagian besar negara.
Hal itu menyebabkan Korea Utara menjadi bergantung pada perdagangan melalui China.
Belakangan, pandemi dan bencana alam di Korea Utara diyakini semakin memperparah kondisi perekonomian Korea Utara.
Kemiskinan kerap disebut melanda negara yang dipimpin Kim Jong-un itu dan membuat rakyatnya kelaparan.
Namun, nyatanya pemerintah Kim Jong-un tetap masih mampu mempertahankan ekonominya.
Hal mengejutkan terungkap baru-baru ini tentang kelicikan Korea Utara yang membuatnya mampu bertahan.
Melansir Express.co.uk (20/9/2020), Sebuah laporan menunjukkan bahwa kediktatoran Kim Jong-un coba-coba melakukan perdagangan gelap dan kegiatan ilegal untuk menghasilkan miliaran.
Selain itu, Korea Utara menggunakan bank-bank Amerika untuk memindahkan uang tunai ilegal melintasi perbatasan untuk menghindari sanksi.
Sebuah dokumen rahasia menunjuk operasi pencucian uang besar- besaran oleh Korea Utara.
Dokumen rahasia menunjukkan bagaimana perusahaan yang terkait dengan kerajaan pertapa Kim Jong-un secara mencurigakan mentransfer uang, terkadang hanya dalam beberapa hari atau jam.
Banyak dari perusahaan tersebut memiliki kepemilikan yang tidak jelas.
Makalah yang ditinjau oleh NBC News mengatakan praktik itu berlangsung selama bertahun-tahun.
Perdagangan gelap telah memungkinkan kediktatoran mengumpulkan kekayaan yang cukup besar, dikutip dari Express.co.uk.
Korea Utara diketahui diam-diam berdagang dan melakukan operasi menghasilkan uang di tempat lain di dunia, terutama mengekspor senjata ke negara-negara seperti Iran dan negara-negara Afrika.
Dalam laporan PBB 2014, Suriah, Myanmar, Eritrea, Tanzania, Ethiopia, Somalia, dan Iran semuanya diduga telah membeli senjata dari Korea Utara.
Bukan hanya senjata yang digunakan Korea Utara untuk membangun kerajaan ekonominya.
Korea Utara diyakini memiliki bisnis di seluruh dunia, yang menggunakan para frontman untuk menyamarkan penerima sebenarnya.
Menurut dokumen tersebut, perusahaan China membantu proses rahasia itu.
Uang itu dipindahkan melalui bank-bank terkemuka di New York tanpa alasan komersial yang jelas, sementara jumlahnya dialihkan dalam bentuk bulat.
Graham Barrow, ahli anti pencucian uang Inggris, mengatakan transaksi yang digariskan dalam dokumen tersebut berjumlah 'bendera merah'.
Barrow, yang berbasis di London, mengatakan informasi yang terkandung dalam surat-surat bank dengan jelas menunjukkan upaya pihak untuk menyembunyikan asal-usul uang haram.
Dokumen-dokumen tersebut mencakup periode dari 2008 hingga 2017.
Selama tahun-tahun tersebut, sanksi terhadap Pyongyang diperketat di bawah pemerintahan Obama dan Trump.
Eric Lorber, mantan pejabat di Departemen Keuangan yang menangani sanksi terhadap Korea Utara di bawah pemerintahan Donald Trump, mengatakan pencucian dilakukan dengan cara yang canggih.
"Secara keseluruhan, Anda benar-benar memiliki apa yang sejujurnya tampak seperti serangan bersama oleh Korea Utara untuk mengakses sistem keuangan AS dalam jangka waktu yang lama melalui berbagai jalan berbeda dengan cara yang cukup canggih," katanya.
Sementara itu, pada hari Minggu, terungkap bahwa pemerintahan Trump berencana untuk memberikan sanksi kepada lebih dari dua lusin orang dan entitas yang terlibat dalam program senjata nuklir, rudal, dan konvensional Iran.
Rencana tersebut diumumkan oleh seorang pejabat senior AS.
Berbicara dengan syarat anonim, pejabat itu mengatakan Iran bisa memiliki cukup bahan fisil untuk senjata nuklir pada akhir tahun ini.
Sumber itu mengatakan bahwa Teheran telah melanjutkan kerja sama rudal jarak jauh dengan Korea Utara yang bersenjata nuklir.
Dia tidak memberikan bukti rinci mengenai pernyataan tersebut.
Sanksi baru tersebut sesuai dengan upaya Trump untuk membatasi pengaruh regional Iran.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari