Find Us On Social Media :

Baru Seumur Jagung Merdeka dari Indonesia, Sosok Ini Bongkar Senjata Militer Timor Leste Untuk Melawan Indonesia Ternyata Rakitan dan Buatan Sendiri

By Afif Khoirul M, Jumat, 18 September 2020 | 18:49 WIB

Menyamar Jadi Gondrong Demi Mengecoh Fretlin di Timor Leste, Ini Kisah Penuh Tantangan Tentara Indonesia hingga Makan Korban Jiwa.

Intisari-online.com - Timor Leste secara resmi merdeka tahun 2002, setelah melakukan peralawanan sengit dengan Indonesia.

Salah satu fakta menarik dari pertempuran Indonesia dan Timor Leste adalah senjata yang digunakan oleh Milisi Fretilin.

Pada 2008, ketika 5 tahun Timor Leste merdeka, Jim Della-Giacoma adalah Associate Director di Pencegahan Konflik dan Forum Perdamaian di Dewan Riset Ilmu Sosial di New York City.

Membongkar fakta tentang senjata militer yang digunakan Timor Leste, dalam dokumen yang diterbitkan di archive.lowyinstitute.org.

Baca Juga: Coba Mandi Pakai Air Hangat Rebusan Batang Serai, Rasakan Sensasi Tak Terduga pada Tubuh, Mau Coba?

Secara retoris, 'berapa banyak senjata yang ada di Timor-Leste?'

Menurut dokumen tahun 2008 itu, memang ada lebih sedikit senjata di Timor-Leste.

Pada Hari PBB (31 Oktober 2008) ada beberapa upacara rumit di dalam dan sekitar Dili sebagai puncak dari Operasi Kilat.

Beberapa ribu senjata tradisional atau buatan tangan, yang dikenal secara lokal adalah rakitan , di steamrolled, hancur bersama ribuan butir amunisi bertenaga tinggi.

Baca Juga: Istrinya Menghilang Secara Misterius Tinggalkan Suami dan 8 Anak, 62 Tahun Kemudian Baru Terungkap, Disangka Sudah Tewas Ternyata Kondisnya Malah Mengejutkan

Meskipun rakitan mungkin tidak akurat atau dapat diandalkan, mereka tetap berbahaya baik bagi target yang dituju atau penggunanya.

Karena perangkat yang dibuat secara kasar dan satu tembakan ini menggunakan peluru senapan edisi militer.

Penelitian baru dari proyek Penilaian Kekerasan Bersenjata Timor-Leste yang didanai AusAID menunjukkan bahwa Operasi Halibur.

Dari pemberontak Timor Leste yang tersisa yang terlibat dalam serangan terhadap Presiden dan Perdana Menteri, ditemukan senjata modern dari Inventaris Pemerintah Timor Leste  tetapi hilang sejak tahun 2006.

Anehnya, mereka juga menemukan empat senapan mesin ringan bipod yang diduga diselundupkan dari Indonesia.

Tetapi, tidak ditemukan peluncur granat M72 misterius yang digunakan oleh Alfredo Reinado.

Baca Juga: Sempat Kalem Sebentar Sampai Resahkan Militernya, Erdogan Kembali Ejek Perancis, Ejekan Menohoknya Sebut Emmanuel Macron Tidak Becus Urus Negaranya Sendiri, Apa Sebabnya?

Senjata yang disita dan dihancurkan sebagai bagian dari Operasi Kilat yang dipublikasikan hampir semuanya adalah rakitan , senapan angin, atau senjata tajam.

Ini berarti mereka dapat dengan mudah dibuat kembali jika ketegangan meningkat dan orang Timor merasa perlu mempersenjatai diri.

Ini menggarisbawahi bahwa masalah yang ada dengan senjata modern atau industri di Timor-Leste lebih sedikit karena senjata tersebut berada di tangan swasta.

Lebih banyak lagi bahwa persediaan pemerintah secara historis tunduk pada kontrol inventaris yang buruk.

Penelitian ini, dari proyek bersama antara Austcare dan Survei Senjata Api yang berbasis di Jenewa, didasarkan pada pekerjaan sebelumnya pada rancangan undang-undang senjata api.

Ini bukan pertama kalinya seseorang mencoba menginventarisasi senjata di Timor-Leste.

Tetapi beberapa data menarik dan tersebar yang sebelumnya hanya ditemukan di hard drive dan lemari arsip beberapa badan pemerintah dan PBB telah ditarik ke domain publik.

Baca Juga: Temukan Benda Terbungkus Alumunium Foil, Pekerja Kontruksi Ini Ketakutan Bukan Main Setelah Membukanya, Melihat Benda yang Lebih Mengerikan daripada Mayat Manusia

Sedangkan saat ini kekuatan militer Timor Leste menurut The Odora, terdiri dari F-FDTL (Forcas de Defesa de Timor Leste) yang tugasnya menjaga pertahanan negara.

Lalu ada F-FNTL atau Policia Nacional De Timor Leste (PNTL) yang lebih mengkhususkan dirinya di dalam negeri.

Namun keduanya sebagaimana dilansir Wikiwand, mempunyai peranan yang tumpang tindih sehingga menyebabkan ketegangan antar layanan.

Bahkan itu diperburuk oleh moral yang buruk dan ketidakdisiplinan dalam F-FDTL.

Masalah F-FDTL memuncak pada tahun 2006 ketika hampir separuh pasukan dibubarkan menyusul protes atas diskriminasi dan kondisi yang buruk.

Pemecatan tersebut berkontribusi pada keruntuhan umum F-FDTL dan PNTL pada bulan Mei dan memaksa pemerintah meminta penjaga perdamaian asing untuk memulihkan keamanan.

F-FDTL lalu dibangun kembali dengan bantuan asing dan telah menyusun rencana pengembangan kekuatan jangka panjang.

Namun merujuk data dari Global Fire Power, tidak ditemukan nama Timor Leste terpampang.Ini menjadi indikasi bahwa militer negara ini sangat kecil hingga tak masuk hitungan.

Militer Timor Leste memang kalah telak jika dibandingkan Indonesia yang punya TNI AD, TNI AL, Korps Marinir, KorMar, TNI AU, Komando Pertahanan Udara Nasional, Komando Operasi Khusus Angkatan Bersenjata, dan Komando Cadangan Strategis (Kostrad).